Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Author | Entrepreneur | Youtuber

Penulis buku, pebisnis, dan penggiat organisasi yang menebar inspirasi melalui karya, kata, dan langkah nyata. Ia mendapat amanah sebagai pimpinan perusahaan Jasa Transportasi Truk di Kawasan Pelabuhan, sekaligus aktif di berbagai organisasi seperti ketua bidang Hubungan Internasional APINDO dan ALFI/Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia. Memiliki kanal SANI TV Indonesia dan penerbit Sani Media Indonesia, aktif berbagi tentang manajemen, literasi, dan spiritualitas, menjadikan hidup sebagai ruang belajar tanpa henti untuk ibu pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Membangun Jejaring Rumput Laut dari KTI ke Australia.

23 September 2025   16:29 Diperbarui: 23 September 2025   19:10 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kantor Yayasan Bakti/dokpri.

Membangun Jejaring Rumput Laut Sulawesi Selatan hingga ke Australia

Selasa pagi, tanggal 23 September 2025 pukul 11.00, saya mendapat kesempatan berharga berkunjung ke Yayasan Bakti di Makassar. Kali ini saya hadir sebagai perwakilan Apindo, didampingi oleh dua sahabat pejuang rumput laut, Pak Syamsuddin Mudji dan Bu Ratnasari, yang selama ini konsisten sebagai peneliti sekaligus produsen. 

Kehangatan penyambutan dari Ibu Sumarni dan pertemuan dengan Ibu Susan, Wakil Yayasan Bakti, membuat kunjungan ini sarat makna.

Suasana ruang kantor Yayasan Bakti sungguh memberi kesan mendalam. Nyaman, homy, dengan cahaya mentari yang masuk bebas ke setiap sudut. Ruangan sederhana, tetapi menghadirkan ketenangan, seolah mengingatkan bahwa kerja besar bisa lahir dari tempat yang hangat dan penuh ketulusan.

Dalam pertemuan itu, kami berdiskusi tentang bagaimana pelatihan dan pendampingan bagi para petani nelayan rumput laut dapat dikembangkan. Sulawesi Selatan sudah lama dikenal memiliki rumput laut berkualitas dunia, dan sepatutnya potensi besar ini tidak hanya menjadi komoditas ekspor mentah. 

Lebih dari itu, ia harus dimanfaatkan untuk kepentingan nasional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, memperkuat ekonomi daerah, dan pada akhirnya menopang kemandirian bangsa.

Yang menarik, dari dialog itu lahir semangat untuk bagaimana kita membangun jejaring internasional, terutama dengan Australia. 

Tidak sekadar kerja sama dagang, tetapi membuka ruang riset bersama, transfer teknologi, hingga akses pasar global. Jejaring ini diharapkan dapat memberi manfaat nyata bagi Indonesia, khususnya Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dengan begitu, petani dan nelayan kita tidak hanya menjadi pemasok, tetapi juga bagian dari rantai nilai dunia yang memiliki posisi tawar kuat.

Bagi saya, kunjungan ke Yayasan Bakti bukan hanya soal pertemuan formal, tetapi momentum untuk menenun harapan baru. 

Harapan bahwa dari serat-serat rumput laut di pesisir Sulawesi Selatan, kita bisa membangun ekonomi kreatif maritim yang mendunia. Bahwa nelayan dan petani kita bisa berdiri sendiri dalam ekonomi, sejajar, bahkan memimpin, dalam industri global.

Dari sebuah ruangan yang diterangi cahaya mentari itu, saya percaya: Indonesia punya segalanya untuk bangkit dari keterpurukan begitu banyak tantangan yang menghadang. 

Yang kita butuhkan hanyalah jejaring yang kokoh, strategi yang tepat, dan kesediaan untuk saling berbagi pengetahuan demi kemajuan bersama.

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun