Mohon tunggu...
Asri Nurani Rahmawati
Asri Nurani Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Seni

Mahasiswa PIAUD UIN Sunan Kalijaga Persembahkan 83 Karya Dongeng Edukatif Bertajuk "Nguyahi Segoro"

20 Juni 2025   14:32 Diperbarui: 20 Juni 2025   14:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta baru-baru ini mempersembahkan Ujian Akhir Seni Peran yang spektakuler. Bertajuk "Nguyahi Segoro", sebuah ungkapan yang bermakna kontribusi kecil namun berarti besar, acara ini sukses menampilkan 83 karya seni dongeng yang diperankan khusus untuk anak usia dini. Ujian yang berlangsung selama empat hari, mulai Jumat hingga Senin, 13-16 Juni 2025, di Laboratorium PIAUD UIN Sunan Kalijaga ini tidak hanya menguji kemampuan artistik mahasiswa, tetapi juga menonjolkan nilai-nilai estetika dan edukatif yang mendalam, sesuai dengan fokus pendidikan anak usia dini.

"Nguyahi Segoro" merupakan puncak dari proses pembelajaran seni peran mahasiswa Angkatan 2022, di bawah bimbingan dosen Alfian Eko Widodo Adi Prasetiyo. Tema "Mendongeng Anak Usia Dini" dipilih untuk menekankan pentingnya seni bercerita sebagai medium efektif dalam pengembangan imajinasi, empati, dan kemampuan berbahasa anak. Melalui pertunjukan dongeng yang dipentaskan, anak-anak tidak hanya sekadar mendengar, melainkan juga diajak berimajinasi dan membayangkan, menciptakan pengalaman belajar yang lebih imersif dan menyenangkan.

Seni Peran sebagai Jendela Dunia Anak

Pentingnya seni peran, khususnya dalam bentuk mendongeng, bagi anak usia dini tidak dapat diremehkan. Seni mendongeng adalah metode kreatif yang secara signifikan berkontribusi pada pengembangan berbagai aspek penting dalam diri anak. Seperti yang dijelaskan dalam pengantar acara, seni peran bukan hanya tentang akting semata, melainkan alat powerful untuk menumbuhkan imajinasi anak yang tak terbatas, mengasah empati melalui penjiwaan karakter, dan meningkatkan kemampuan berbahasa yang lebih kaya.

Dalam setiap pementasan dongeng, mahasiswa PIAUD dituntut untuk mengintegrasikan berbagai unsur penting: ekspresi wajah yang hidup, intonasi suara yang tepat, gerak tubuh yang ekspresif, serta penggunaan alat peraga seperti boneka, ilustrasi, dan properti, hingga kostum yang menarik. Semua elemen ini berpadu harmonis untuk menciptakan cerita yang hidup dan mudah dipahami oleh anak-anak. Pendekatan ini memastikan bahwa anak-anak tidak hanya terpaku pada cerita, tetapi juga mampu merespons secara visual dan emosional, menjadikan proses belajar lebih efektif dan menyenangkan.

Capian Pembelajaran yang Komprehensif

Ujian Akhir Seni Peran "Nguyahi Segoro" dirancang untuk menguji dan mengukur berbagai capaian pembelajaran penting bagi mahasiswa PIAUD:

  1. Meningkatkan kemampuan mendesain dan memerankan dongeng edukatif: Mahasiswa ditantang untuk tidak hanya sekadar memerankan, tetapi juga merancang dongeng yang memiliki nilai pendidikan.
  2. Menumbuhkan kreativitas dan kepekaan estetika: Proses menciptakan dan membawakan dongeng mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif dan mengembangkan indra estetika mereka.
  3. Mengembangkan kecakapan komunikasi anak melalui media cerita: Menekankan peran dongeng sebagai alat komunikasi efektif untuk menyampaikan pesan moral dan pengetahuan kepada anak.
  4. Mempraktikkan pembelajaran berbasis seni yang aplikatif di PAUD: Ujian ini menjadi simulasi nyata bagaimana seni peran dapat diimplementasikan dalam kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.

Sebanyak 83 karya dongeng yang dipentaskan merupakan hasil kreasi mahasiswa Angkatan 2022, menunjukkan keberagaman tema dan kekayaan imajinasi. Setiap dongeng dibawakan dengan penuh ekspresi, vokal yang jelas, gerak yang terarah, serta dukungan properti dan kostum yang mendukung alur cerita. Beberapa judul dongeng yang menarik perhatian, seperti "Si Kancil Cerdik dan Buaya", "Persahabatan Koko dan Boci", atau "Petualangan 3 Sahabat", menggambarkan keragaman dan relevansi cerita dengan dunia anak. Para penampil seperti Yelsi Safitri dengan "Gajah dan Semut", Yumna Salsabila dengan "Si Kura-Kura Penjaga Hutan", hingga Lisya Nisrina dengan "Singa dan Tikus", semuanya menampilkan performa terbaik mereka.

Keberhasilan Ujian Akhir Seni Peran "Nguyahi Segoro" ini tidak hanya menjadi penanda selesainya satu tahapan penting dalam pendidikan mahasiswa PIAUD, tetapi juga menjadi bukti nyata potensi besar seni peran sebagai media edukasi anak. Acara ini berhasil menarik perhatian dan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk pihak universitas dan masyarakat yang turut hadir.

Diharapkan, melalui program semacam ini, UIN Sunan Kalijaga terus mencetak pendidik-pendidik anak usia dini yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga kreatif, inovatif, dan mampu menggunakan berbagai metode efektif, termasuk seni peran, untuk mengembangkan potensi anak secara optimal. "Jangan lewatkan momen magis ini!" adalah seruan yang tepat, karena setiap dongeng yang dibawakan menyimpan keajaiban dan pelajaran berharga bagi masa depan anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun