Sahabatnya pernah bilang, bahwa si sulung sering memberi uang dua ribu rupiah yang  di lipat dan di dalamnya ada uang lebih dari yang di luarnya.Â
Kaget, rasa tak percaya bahwa si sulung bisa melakukan semua itu. Alhamdulillah ternyata kebiasaan yang ditanamkan terus menjadi kebiasaan dirinya.
Beda lagi dengan anak gadis, mungkin tak jauh dari kebiasaan ku. Terlalu perduli kepada orang lain, dan tak ingin melihat teman sekamarnya atau kontingennya menderita.
Pernah aku memarahinya karena terlalu berlebihan, namun sebaliknya sahabatku Eva pun marah padaku, dan bilang " Kenapa marah, kau tak beda dengan anakmu, kau sama dengan anakmu, jadi tak perlu memarahinya."Â
Benar apa kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Semoga apa yang orang tua aku lakukan dan aku lakukan menjadi kebiasaan yang baik dengan anak anakku.Â
Bukan maksud untuk riak akan segala yang dilakukan anak anakku namun sebagai seorang ibu ada kebahagiaan yang tak mampu diucapkan.Â
Terlebih ketika anak anak tak membedakan derajat seseorang. Mereka menganggap asisten rumah tangga bagai kakak mereka sendiri, begitu pula dengan anak anaknya yang dianggap adik mereka sendiri.
Saat sepupuh mereka menggunakan kepunyaan mereka sedikit pun mereka tak marah. Bahkan kembali dengan tak sempurna pun mereka tak marah..
Aku tak punya anak yang sepintar anak tetangga, aku tak punya anak yang sering juara, aku tak punya anak yang kata orang membanggakan kedua orang tua melalui bidang apa saja.
Anakku terlahir dari rahim ibu yang sederhana, yang sering membisikan akan kebaikan, yang selalu memberi tanpa meminta dibalas, disakiti hanya diam, membiarkan Allah menjadi peran utama.Â
Aku hanya anak anakku tetap menjaga sopan santun kepada yang tua atau yang muda, tetap menjaga kebiasaan berbagi dimana pun berada walau sedikit yang bisa dibagi.