Â
Mengenalnya bukanlah tanpa di sengaja, karena anak anak kita dalam satu naungan menuntut ilmu. Masih ingat, aku yang terkesan cuek dan sedikit sombong ( kata mereka yang tak mengenal aku). Â Sama sama menunggu anak anak di TK.
Dia sosok yang ramah dengan siapa saja, mudah untuk berbincang bincang dengan ibu ibu lain. Jauh beda dengan diriku. Tapi perbedaan itu tak membuat kita tak saling mengenal atau menjauh bahkan kita semakin dekat satu sama lain.
Tiada hari tanpa kita berdua, tanpa kita sadari persahabatan kita bukan hanya di sekolah saja bahkan sampai di rumah pun kita tetap saling ada satu sama lain.Â
Bahkan anak anak pun menjadi lebih dekat satu sama lain. Sering bermain bersama, jalan atau sekedar nobar anak anak.
Anak anak pun merasa mereka seperti adik kakak, mereka menempatkan diri mereka sebagai kakak, uni, dan adik tanpa campur tangan ibu ibu mereka. Hingga mereka dewasa sekarang panggilan untuk yang tua dan yang lebih muda tetap mereka sematkan.
Bahkan terkadang tanpa kita janjian, kita sering  membeli baju yang sama dan mengenakan baju yang sama di kesempatan apapun.Â
 Di lingkungan pasar pun selalu bilang kita kembar karena kita selalu berdua saat belanja mingguan. Bahkan merasa ada yang kurang bila salah satu tak ada.
Lama kelamaan kita bukan sekedar sahabat saja malah lebih cenderung ke saudara. Dalam berbagi cerita, tentang dukanya, lelahnya begitu pula sebaliknya, bahkan akulah yang terlalu banyak membagi cerita kehidupanku.Â
Bahkan dia selalu memposisikan dirinya sebagai dewi penolong, dikala aku kesusahan dalam ekonomi, langkah bahkan segala hal yang harus aku pecahkan sendiri. Dia hadir dalam segala kesulitan yang aku hadapi.
Tak pernah dia mempertanyakan untuk apa dan kapan dikembalikan. Dia selalu siap membantu selagi dia bisa bantu. Hingga anak anak kita tamat sekolah dasar kita masih bersama, membeli kado bersama, baju lebaran anak anak. Semuanya selalu bersama.