Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehilangan (1)

23 Februari 2020   21:54 Diperbarui: 23 Februari 2020   21:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Mengenang sesuatu yang pernah hadir dalam hidup ini adalah sesuatu yang sangat tidak mengenakan, sebenarnya ada apa dengan diriku ya? wah ini pasti karena mendengarkan lagu si Firman tadi.  kebiasaanku yang  jadi orang sangat melankolis, semua bicara dengan perasaan, jikalau dapat masalah yang tak terselesaikan bisanya hanya menangis.

Tanpa aku sadari, aku kembali mengambil coretan yang aku simpan bertahun-tahun saat kita mengikat diri kita pada satu janji, walau tidak secara resmi namun itu semua pernah menjadi sebuah kebanggaan dan kebahagian yang pernah kau beri padaku disaat cinta kita bersemi, disaat aku mengenal cinta pertama, mengenal apa itu cinta, apa itu kasih sayang.

Masihkah kau ingat akan kegilaan yang kita perbuat, berpura-pura menjadi pasangan kakak adik yang akhirnya membuat penyiksaan bathin buat kita.

"dek sepertinya kita harus mengakhiri kisah yang kita buat, aku ingin mereka tahu bahwa kita emang saling cinta dan bukan seperti selama ini"

Aku hanya diam seribu bahasa, bila aku hentikan kepura-puraan ini yang pasti petualanganku akan berakhir, aku tidak akan bisa lagi menyakiti hati lelaki yang menaruh hatinya untukku, aku senang membuat mereka terluka, patah arang dengan diriku, dengan penolakan yang seribu alasan, aku tidak bias lagi mentraktir teman-temanku karena aku menang taruhan, kekecewaanku pada laki-laki berbuat ketidak nyamanan (Alhamdulillah aku blum tuh merasakan sakit ditinggal cowok).

Aku benci pada mereka, yang seenaknya pada wanita, yang tak pernah menghargai perasaan, tapi kita bukan membahas itu, pertengkaranku dengan kakak angkatku, membuat suasana menjadi semakin dingin

"adek, ngerti ga sih apa yang kakak maksud", nada suaranya mulai meninggi, membuat aku mulai merasa takut, selama ini  kakak tidak pernah meninggikan suaranya, suaranya selalu dengan kelembutan, berbicara denganku pun dengan pelan, ya Allah jangan sampai amarahnya menimbulkan permasalahan bagi kami berdua.

Aku buru-buru mintak maaf, sembari memeluknya, dengan lembut yang mengelus rambutku sembari berkata

"dek, andai engkau mengerti perasaanku selama ini padamu, aku tersiksa dengan semua ini, telingaku terasa panas bila ada yang berkata tentang dirimu, tentang petualanganmu, demi kakak bisakah engkau hentikan semua ini, kakak mohon dek.

bersambung

Palembang, 23022020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun