Mohon tunggu...
Asmoo
Asmoo Mohon Tunggu... Ngelanturisme

Ngelanturisme

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Tidak Ada Pameran Seni Rupa di Hari Jadi Mojokerto ke-107?

29 Juni 2025   16:38 Diperbarui: 29 Juni 2025   16:38 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas pelukis pasar seni mojokerto (dokpri/KOPELPASIMORA)

MOJOKERTO -- Kota Mojokerto tengah bersuka cita merayakan Hari Jadi ke-107 dengan semangat "Spirit of Mojopahit". Beragam kegiatan budaya dan hiburan digelar, mulai dari Kirab Pataka, Kirab Budaya, hingga konser live di TV swasta. Namun satu pertanyaan menggantung di benak banyak seniman lokal: di mana seni rupa berada dalam perayaan ini?

Dalam kalender resmi kegiatan, tidak tampak adanya pameran lukisan, mural, instalasi, ataupun workshop seni rupa. Padahal, Mojokerto memiliki potensi besar dalam dunia visual. Komunitas pelukis Pasar Seni Mojokerto raya (KOPELPASIMORA) telah aktif menghidupkan denyut seni visual kota dengan berbagai kegiatan di ruang publik, bahkan rutin mengadakan kegiatan melukis on the spot (OTS).

Seniman seni rupa Mojokerto dan karyanya (dokpri)
Seniman seni rupa Mojokerto dan karyanya (dokpri)

"Seni rupa bukan sekadar hiasan, tapi jendela sejarah dan perasaan," ujar Ebit S, salah satu pelukis Mojokerto yang dikenal lewat karya-karyanya yang reflektif dan nyentrik. "Kalau Mojokerto ingin menghidupkan semangat Majapahit, maka gambar, warna, dan tekstur adalah bagian dari warisan itu juga."

Tak hanya seniman, tokoh muda Heru Jetis juga menyuarakan harapan serupa. "Kami ingin ada ruang berpameran di tengah masyarakat. Bukan hanya karena kami pelukis, tapi karena kami ingin masyarakat bisa menikmati dan meresapi wajah Mojopahit melalui karya visual," katanya saat ditemui di sela OTS di Pasar Seni.

Kegiatan seni rupa bisa menjadi pelengkap sekaligus penyeimbang dari kemeriahan hiburan. Ia tidak bising, namun mendalam. Tidak sekadar ditonton, tetapi direnungkan. Terlebih dalam konteks budaya Mojopahit yang dikenal sarat makna simbolik dan estetika visual, dari ukiran hingga ragam batik.

Peringatan Hari Jadi Kota seharusnya menjadi panggung inklusif, di mana semua cabang seni diberi tempat yang setara. Termasuk seni rupa.

Kini harapannya adalah, ke depan Pemkot Mojokerto bisa lebih membuka ruang kolaborasi. Menyertakan pelukis dan seniman rupa dalam rangkaian resmi hari jadi atau kegiatan budaya tahunan. Sebab membangkitkan Spirit of Mojopahit tak hanya soal iring-iringan kirab, tetapi juga menghadirkan kembali roh estetika Majapahit melalui garis dan warna.

Mojokerto, 29 Juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun