Malam di Desa Bandar Malela biasanya hanya diisi dengan aktivitas ringan warga: ngobrol, menonton televisi, atau sekadar beristirahat. Namun sejak awal Agustus 2025, suasana berubah drastis. Posko KKN Universitas Islam Negeri Sumatera Utara mendadak ramai dipenuhi anak-anak dari TK, SD, hingga SMP. Mereka rela menunda main game di ponsel, bahkan ogah keluyuran, hanya untuk mengikuti kegiatan Teras Ilmu.
Program sederhana yang dirancang mahasiswa KKN ini awalnya bertujuan mendampingi anak-anak mengerjakan PR sekaligus memberikan bimbingan agama. Tetapi siapa sangka, Teras Ilmu berkembang jadi pusat belajar baru yang bikin anak-anak antusias datang setiap malam Senin hingga Kamis, mulai pukul 19.50 sampai 20.30 WIB, tepat setelah sholat Isya.
Materi yang dibawakan tidak main-main. Mulai dari pembelajaran mengaji dengan fokus pada tajwid dan makhraj huruf, pemahaman rukun iman dan rukun Islam, hingga praktik langsung wudhu serta sholat berjamaah. Anak-anak juga diajak berdiskusi ringan agar lebih mudah memahami materi, tanpa merasa digurui. Yang paling seru, sesi tanya jawab sering kali berubah jadi ajang kejujuran polos anak-anak, seperti pertanyaan: "Kenapa kalau sholat telat dihitung dosa?"---membuat suasana belajar hangat sekaligus menggelitik.
Sosialisasi kegiatan ini disambut positif masyarakat. Para orang tua merasa lega karena anak-anak mereka mendapat pendampingan ekstra di luar jam sekolah.Â
"Biasanya mereka sulit disuruh belajar malam, maunya main HP. Sekarang malah bersemangat datang lebih awal, bahkan siap-siap dari sore," ungkap salah seorang ibu dengan mata berbinar. Dukungan ini terlihat nyata dari kesediaan orang tua mengarahkan anak-anak hadir secara rutin, meski cuaca kadang tidak mendukung.
Pelaksanaan Teras Ilmu juga menjadi ajang kebersamaan mahasiswa KKN dengan anak-anak. Setiap malam, 28 mahasiswa bergantian bertugas mengajar. Ada yang membantu PR Matematika, ada yang membimbing bacaan Al-Qur'an, ada pula yang mendampingi praktik wudhu. Suasana cair, penuh canda, tapi tetap serius ketika tiba giliran mengaji. "Saya senang, kakaknya baik, ngajarin sambil cerita jadi nggak bosan," kata seorang siswa SMP yang rajin hadir.
Lebih dari sekadar belajar, kegiatan ini melahirkan interaksi sosial baru. Anak-anak yang awalnya pemalu jadi berani bertanya. Beberapa siswa bahkan mengaku baru benar-benar memahami makna sholat setelah praktik bersama. Mahasiswa KKN pun mendapat pengalaman tak ternilai: belajar sabar menghadapi anak-anak dengan karakter berbeda, sekaligus merasakan peran nyata sebagai pendidik muda.
Evaluasi akhir menunjukkan keberhasilan program mencapai 95%. Tingkat kehadiran anak-anak stabil, partisipasi aktif mereka tinggi, dan respon masyarakat sangat mendukung. Namun yang paling membekas bukan sekadar angka, melainkan perubahan nyata di mata anak-anak. Mereka kini lebih percaya diri, lebih disiplin, dan lebih akrab dengan nilai-nilai agama.
Kegiatan yang sederhana ini akhirnya menorehkan makna besar: pendidikan bisa dimulai dari ruang kecil, dengan waktu singkat, tetapi berdampak panjang. Teras Ilmu membuktikan bahwa di tengah gempuran teknologi dan kebiasaan anak-anak bermain gawai, masih ada ruang di mana belajar dan mengaji bisa menjadi pilihan utama.
Pertanyaannya sekarang: apakah Teras Ilmu di Bandar Malela hanya akan berhenti sebagai kenangan masa KKN, atau justru akan menginspirasi desa lain menghadirkan "sekolah malam" serupa untuk generasi mudanya?