Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menunggu Novanto Bernyanyi

21 Desember 2017   12:18 Diperbarui: 21 Desember 2017   12:33 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setya Novanto, Sumber Tempo.co

Setya Novanto kembali menjalani sidang lanjutan pada Rabu kemarin (20.12.17) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta. Terdakwa kasus korupsi proyek e-KTP itu kini sudah sehat wal afiat dan mampu menjawab pertanyaan hakim.

Novanto berjalan sendiri menuju kursi terdakwa, tanpa dipapah oleh siapapun seperti pada permulaan sidang perdana pekan lalu. Ketika hakim menanyakan kesehatannya dia menjawab dengan nada datar "Sehat, yang mulia,".

Pengadilan terhadap Novanto menjadi babak baru dalam kasus korupsi e KTP, public berharap Novanto akan membuka lembaran  ingatannya dan menyingkap tabir hitam dibalik kasus yang menelan segudang uang rakyat.

Uang yang nilainya triliyunan rupiah itu diduga mengalir keberbagai pihak, dan daftar nama-nama pihak yang menerimanya ada dalam memory Novanto, atau setidak-tidaknya sudah pernah diungkap dalam dakwaan dan keputusan hakim terhadap terdakwa sebelumnya.

Dalam surat dakwaan pertama terhadap Novanto yang telah digugurkan oleh praperadilan mencantumkan tiga nama elit partai yang kemudian pada surat dakwaan yang kedua menjadi hilang.

Hilangnya beberapa nama kader partai dimaksud sempat menjadi pertanyaan bagi pengaca Novanto, dan KPK menjawabnya dengan enteng, dalam keterangan KPK yang terakhir nama tersebut bukan dihilangkan, tetapi disusun berdasarkan kluster.

Pertanyaan penasehat hukum Novanto tersebut menyiratkan bahwa nama yang hilang  timbul dalam surat dakwaan itu mungkin bakal muncul kembali. Kemungkinan itu sangat besar sekali , karena pada dakwaan dalam kasus yang sama terhadap mantan pejabat Kemendagri, Irman dan Sugiharto, , nama empat kader PDI-P, Arif Wibowo, Yasonna Laoly, Olly Dondokambey dan Ganjar Pranowo, disebut-sebut sebagai pihak yang kebagian Durian runtuh e-KTP. Arif Wibowo disebut-sebut menerima USD108.000, Olly Dondokambey senilai USD1,2 juta, Ganjar Pranowo senilai USD520 ribu, dan Yasonna Laoly sebesar USD84 ribu.

Menurut keterngan Ganjar saat bersaksi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (30/3) lalu, dia pernah tiga kali ditawarkan uang terkait proses pembahasan proyek e-KTP. Ia juga pernah diberikan bungkusan yang diduga berisi uang oleh  anggota Komisi II DPR Mustoko Weni, tetapi ditolaknya.

"Saya enggak ingat, sekali, dua kali atau tiga kali di dalam ruang sidang. Dia bilang, 'Dek ini ada titipan'. Saya bilang tidak usah. Dari awal saya tidak mau terima, saya bilang ambil saja," kata Ganjar kepada majelis hakim.

Ganjar, atau pihak lainnya bisa saja membantah pernah menikmati hasil jerih payah kong kalikong uang siluman e-KTP, tapi KPK tentu tidak akan berhenti disitu saja. Saat melakukan jumpa pers di Kuningan pada Rabu 20 Des kemarin, Juru bicara KPK Febri memastikan bahwa nama tiga politisi PDI-P dimaksud tetap ada dalam rangkaian kasus E-KTP.

Bukan hanya sebatas tiga nama itu saja, masih ada kemungkinan nama lain, karena menurut dugaan uang yang dibagi-bagikan kepada sejumlah anggota DPR itu jumlahnya sangat besar sekali, yakni senilai US $ 12,8 juta plus Rp. 44 miliar. (waw), siapa saja yang menerima dan dari Partai mana saja mereka ?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun