Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bandara Blimbingsari di Banyuwangi Dibangun dengan Konsep Penghijauan

10 Maret 2022   20:28 Diperbarui: 11 Maret 2022   11:27 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Blimbingsari di Banyuwangi berkonsep penghijauan (dok pribadi)

Setiap hari ada pesawat terbang berangkat dari Jakarta pukul 06.00 WIB dan mendarat di Banyuwangi pukul 07.30 WIB. Pesawat kembali ke Jakarta setiap harinya pukul 08.30 WIB dari Banyuwangi.

Arsitek Andra Martin perancang Le Bo ye Graphic dan Gedung Dua8 di Jakarta, serta Conrad Chapel di Bali yang merancang bandara Blimbingsari yang mengutamakan konsep arsitektur penghijauan.

Rancangan bangunan terminal Bandara Blimbingsari memenuhi enam kriteria bangunan ramah lingkungan, yaitu penggunaan lahan tepat guna, efisiensi energi, konservasi air, kenyamanan udara, siklus material, dan manajemen lingkungan . 

Arsitektur  bandara ini juga menerapkan konsep desain pasif yang lebih mengandalkan penataan ruang daripada penggunaan alat-alat canggih untuk mengurangi konsumsi energi.

Perangkat pendingin udara (air conditioner) dan material kaca , misalnya, hampir tidak digunakan di bandara ini. Sebagai gantinya, desain interior gedung terminal dirancang minim sekat dengan dinding berupa kisi-kisi yang membuat sirkulasi udara berjalan lancar dan sinar matahari dapat leluasa masuk sehingga mengurangi penggunaan lampu. Kehadiran empat kolam ikan di lantai dasar juga berpengaruh besar terhadap suhu ruang karena mampu menurunkan tekanan udara. 

Di ruangan tunggu setelah penumpang chek in untuk menunggu boarding, kursi duduknya dibuat dari kayu yang minimalis. Sehingga kesan dekat dengan alam sangat terasa.

taman suplier terasa sejuk (dok pribadi)
taman suplier terasa sejuk (dok pribadi)

Sementara bagian atap bangunan terminal Bandara Blimbingsari mengadaptasi bentuk penutup kepala pria suku Osing, udeng. Kehadirannya tak hanya menjadi representasi budaya lokal, tetapi juga membuat cahaya matahari dapat masuk melalui wuwungan sehingga ruang utama tetap terang walaupun tanpa lampu pada siang hari. Untuk meredam radiasi sinar mentari, bagian luar atap dilapisi rumput gajah mini yang selaras dengan taman yang menghampar di sekitar bandara.

Bahan utama bangunan terminal Bandara Blimbingsari ini pun berasal dari kayu ulin bekas kapal dan dermaga yang tahan rayap. Penggunaan material ini  terlihat jelas pada bagian tiang dan dinding gedung. 

Bahan lain yang digunakan adalah batu lempeng asli Banyuwangi untuk melapisi dinding dari kayu ulin tadi. Sementara, kisi-kisi dan ornamen bangunan terbuat dari kayu jati yang menampilkan hiasan lokal Banyuwangi, Gajah Oling.

Di luar itu, lapangan terbang ini juga tak sekadar berfungsi sebagai tempat turun-naik penumpang pesawat. Seperti hal berbagai bandar udara internasional lainnya, bandar udara ini juga mengakomodasi berbagai kegiatan seturut konsep fungsi ruang pada bangunan hijau. Bandara Blimbingsari dilengkapi  dengan ruang pertemuan, tempat istirahat, gerai seni, pusat oleh-oleh dan kafe .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun