Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

pecinta traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Mendampingi Orangtua Pergi Haji

9 Agustus 2019   23:19 Diperbarui: 10 Agustus 2019   11:31 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haji tahun 2007 (dok pribadi)

Alhamdulillah saya sangat bersyukur bisa mendampingi ibunda tercinta, almarhum  Ibu Sunarlinah pada musim haji tahun 2007. Sewaktu tahun 2007 pendaftaran haji tidak perlu antri hanya perlu waktu satu tahun menunggu giliran pemberangkatan.

 Jadi perjalanan ibadah haji saya sudah terjadi 12 tahun yang lalu ketika biaya ONH masih Rp 27.5 juta.

Sewaktu berangkat haji di bulan November 2007, saya mengikuti haji ONH biasa dan berangkat dari embakarsi Jakarta .Semalam sebelum keberangkatan  sebelumnya inap di asrama haji Pondok Gede untuk mendapat biaya living cost.

Calon jemaah haji asal Banten masuk ikut DKI Jakarta dan berangkat dari Bandara Soekarno Hatta. Biaya living cost sangat mencukupi untuk biaya hidup selama ibadah haji di tanah suci selama 40 hari.

Ibunda saya berusia 68 tahun dan dalam kondisi sehat. Selama perjalanan ibadah haji, ibunda bisa melaksanakan semua kegiatan haji tanpa diwakilkan. Di saat terakhir saja, sekitar dua minggu terakhir sebelum kepulangan ibu sempat sakit seperti masuk angin dan tidak nafsu makan.

Kedatangan saya di tanah suci langsung mendarat di Madinah dengan pesawat Garuda Indonesia. Sehingga dua minggu pertama dihabiskan di kota kelahiran Nabi Muhammad. Selama di Madinah, rombongan kami dari pemerintah dapat jatah makanan gratis tiga kali sehari sehingga tidak memerlukan memasak sendiri atau beli di luar hotel tempat kami menginap. Kondisi penginapan di Madinah lebih baik dibanding di Mekah dan jarak ketika berjalan hanya 20 menit.

Waktu itu saya sekamar semuanya wanita berjumlah enam orang dan kami saling mensuport dengan saling menjaga kesehatan teman sekamar dan sharing makanan kering yang kami bawa. Selama di Madinah saya dan ibu ,mendapat tempat tidur yang sejajar dan saya setiap pagi bisa memberikan sarapan dan membikin teh kesukaan ibu yang selalu rutin dilakukan.

Selama di Madinah termasuk aman dan tenang selama menjalankan ibadah karena tidak terlalu berdesakan ketika melakukan sholat wajib di Masjid Nabawi. 

Hanya ketika ingin sholat sunnah di raudah di Makam Nabi Muhammad, suasana cukup crowded karena jatah untuk wanita muslim hanya diizinkan sewaktu selesai sholat isya dan sewaktu jam sholat dhuha. Sehingga antrian masuk ruangan raudah cukup antri panjang. Tetapi antrian diatur tiap negara selama musim haji, yang berbeda cara antriannya dengan musim pada saat ibadah umroh.

Perjalanan ke Mekah dimulai minggu kedua dan kami langsung melakukan umroh pertama di Mekah. Perjuangan mendampingi orangrua dimulai di Mekah karena ibadah tawaf dan sa'i sangat penuh sesak. Beruntung saya dengan suami bisa mengatur selama melaksanakan ibadah tawaf dan sa'i, ibunda selalu diposisikan di tengah digandeng kami berdua suami-istri.

Setelah waktu wukuf, ibunda kami supaya tidak capek kami bantu mencarikan batu kerikil dan dijaga kesehatannya dengan minum vitamin dan air zam-zam sebanyak mungkin.

aae606ac-c849-40cb-86cd-6e2a56f21806-5d4d9f870d82301e2c768143.jpeg
aae606ac-c849-40cb-86cd-6e2a56f21806-5d4d9f870d82301e2c768143.jpeg
Selama menunggu wukuf di Mekah, disarankan bagi orangtua untuk tidak ngoyo setiap hari sholat wajib di Masjidil Haram karena lokasi hotel rata-rata ONH biasa cukup jauh sekitar empat kilomer dan kalau berjalan hampir satu jam karena kondisi jalan macet.

Selama menginap di pemondokan di hotel di Mekah, jemaah bebas memasak memakai kompor listrik dan bisa sepuasnya memakai alat listrik mulai rice cooker, kompor listrik, alat mesin pencuci baju dan pemanas air.Sebaiknya dari tanah air minimal membawa rice cooker mini, termos air panas, dan alat pemanas air. jadi kalau orangrtua sewaktu-waktu ingin mnyeduh teh atau kopi sudah siap saji.

Bagi calon jemaah haji yang enggan memasak, di depan hotel sangat banyak penjual makanan menu Indonesia mulai sayur pecel, tahu, tempe, dan aneka lauk asal Indonesia yang dijual oleh para TKW di Mekah. Jadi jangan khawatir soal menu Indonesia karena banyak restoran  menu soto dan rawon di sepanjang antara hotel sampai Masjidil Haram .

Gelang pengenal yang dibagikan harap selalu dipakai selama di tanah suci.Jadi ketika seumpama orangtua kita tersesat di jalan atau masjid, ada identitas nomer kloter dan namanya sehingga ketika diantar ke petugas haji Indonesia gampang dikenali asal usulnya.

Apabila orangtua tersesat di jalan, diberitahu sebelumnya agar mencari petugas haji Indonesia yang mengenakan seragam dan rompi putih bertanda bendera Indonesia dan mencari gedung yang mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda tempat posko haji asal Indonesia.

Pintu masuk Masjidil Haram sangat banyak dan orangtua kita sebelumnya agar diberi ancar-ancar pintu masuk dan keluar yang terdekat dengan hotel, agar bila terpisah dengan anaknya bisa pulang sendiri ke hotel.

Sebaiknya bagi wanita, bila berangkat dan pulang dari Masjidil Haram didampibgi muhrimnya agar lebih aman.

Disarankan menyimpan uang living cost di tempat yang terpencar misal, ada beberapa lembar uang riyal di dompet, tas, koper dan di kantung kaos agar kalau salah satu hilang masih memiliki cadangan uang selama di tanah suci.

Apabila orangtua mengalami sakit setiap satu rombongan kloter di satu pesawat sebanyak 400 orang selalu didampingi satu orang dokter dan satu orang perawat yang membuka praktek di gedung dekat jemaah haji menginap. Sewaktu ibunda sakit, saya langsung membawa ke dokter umum yang bertugas dan mendapat obat secara gratis.

Penyakit yang diderita calon jemaah haji selama menunggu wukuf biasanya adalah penyakit batuk karena Kota Mekah sangat berdebu dan kering. Disarankan untuk selalu memakai masker selama perjalanan dan menghindari minuman jenis dingin yang mengakibatkan batuk.

Kalau pun diserang batuk, saya sarankan untuk membeli obat batuk produk dari Arab Saudi di apotik terdekat karena lebih manjur untuk jenis batuk yang terjangkit di tanah suci.

Disarankan selama di tanah suci, orangtua selalu diberi makanan buah-buahan dan sayuran agar tetap fit. Minumlah selalu air zam-zam yang bebas diambil kapan pun selama di tanah suci. 

Perjalanan paling berat bagi orangtua adalah melempar jumroh. Karena di watu yang bersamaan jutaan orang berkumpul di tempat yang sama. Solusinya pilih waktu melakukan jumroh bukan waktu yang afdol.

Perlu stamina yang kuat untuk berjalan kaki dari tenda di Padang Arafah ke tiang tempat jumroh sekitar 2-3 kilometer.

Selama menjalankan wukuf di Padang Arafah, jemaah haji mendapat fasilitas makanan gratis berupa nasi , buah dan air minum berbentuk juice yang bebas diambil di lemari pendingin di setiap tenda di Padang Arafah.

Alhamdulillah ibunda saya selama ibadah haji termasuk kesehatannya bagus dibandingkan orang tua lain dalam satu rombongan.

Tetapi ibunda saya sepulang dari haji sekitar enam bulan kemudian meninggal dunia di kampung halaman Jember, Jawa Timur karena sakit. Alhamdulillah saya di saat terakhir ibunda bisa mendampingi haji bersama ibu tercinta dan suami, Eddy Suryanto dengan baik. Jadi saya tidak menyesal dan ikhlas ditinggal ibunda menghadap Yang Kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun