Mohon tunggu...
Asis Ibrahim
Asis Ibrahim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemahaman tentang diri akan menghantarkan kita pada kenyamanan kebahagiaan bahkan kesejahteraan hidup

Mahasiswa S-1 Manajemen Dakwah UIN Mataram Ketua HMJ MD UIN Mataram Ketua HMI Komisariat Dakwah UIN Mataram Ketua Networking FKM-MD SE-INDONESIA WILAYAH III Pengamat Sosial Ekonomi Penulis IG : @Asis_ibrahim2 | FB : @asis ibrahim | Tiktok : @Asis_ibrahim2

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keniscayaan Menjadi Manusia yang Visioner

25 April 2023   02:04 Diperbarui: 25 April 2023   02:16 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dari makhluk yang lainnya, kesempurnaan manusia tidak terlepas dari tiga unsur darinya yaitu pikiran, perasaan, dan nafsu, ketiga unsur tersebut nantinya akan dijelaskan secara eksplisit oleh penulis. Terlepas dari itu, penulis ingin menyampaikan bahwa sebagai manusia, kususnya umat muslim meyakini bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan menjadikannya Khalifah, seperti yang dijeaskan dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 30: Wa idz qala Rabbuka lil mala'ikati inni ja;ilun fil ardhi khalifatan (Ingat, ketika Tuhanmu berkata pada malaikat, Aku ingin menciptakan khalifah di bumi),  dari beberapa  literature yang penulis baca, kata khalifah dalam ayat tersebut merujuk pada seorang pemimpim dan dalam literatur lainnya mengartikan khalifah adalah wakil Tuhan atau pengabdi. Sehingga penulis beranggapan bahwa kata khalifah dapat diartikan sebagai pemimpim maupun pengabdi, karena menurut penulis itulah tujuannya Allah SWT menciptakan manusia agar dapat menjalankan fungsinya sebagai pemimpin untuk dirinya dan orang lain di dunia serta menjalankan fungsinya sebagai pengabdi untuk menyebarluaskan ajaran Islam yang termaktub dalam Al-Qur'an.


Sehingga membahas tentang pemimpin maka secara tidak sadar kita sedang membahas sesuatu yang sangat umum dan luas, dikarenakan seluruh umat manusia mempunyai keniscayaan ini, penulis teringat dengan hadits Rasulullah SAW, Kullukum raa'in wa kullukum mas uulun'an raiyyatihi (setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban), ini  menandakan bahwa pada dasarnya pemimpin adalah sebuah keniscayaan umat manusia, tentu dalam hal ini adalah menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Namun dalam menjalani kehidupan, kita harus memahami bahwa kita hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan inilah yang dinamakan kehidupan sosial, pemahaman tentang kehidupan sosial ini harus terus ditingkatkan agar kita tidak terjerumus pada paradigma-paradigma individual semata melainkan sosial, sehingga menurut penulis, atas dasar itulah Allah SWT memberikan tiga unsur besar dalam diri manusia yaitu pikiran, perasaan, dan nafsu agar dapat digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupan.


Maka dari itu, dalam menjalani kehidupan di muka bumi yang berdampingan dengan manusia lainnya, tidak lagi berbicara pemimpin secara individu karena hanya untuk dirinya dan hanya diketahui oleh dirinya tetapi sudah berbicara pemimpin secara sosial yaitu yang mampu mengontrol dirinya dalam kehidupan sosialnya, seperti yang dikatakan oleh ahli Miftha Thoha dalam bukunya Perilaku Organisasi (1983:255) bahwa pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya, begitupun yang disampaikan oleh ahli Kartini Kartono bahwa pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mmempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan sebuah aktifitas untuk pencapaian tujuan. Yang pada intinya bahwa menjadi seorang pemimpin maka harus mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai sebuah tujuan yang telah disepakati ataupun belum disepakati.


Oleh karena itu, dari pemaparan diatas, penulis berpikir bahwa hal terpenting yang harus dimiliki oleh manusia adalah tujuan,alasannya simple, bagaimana diri kita mampu memimpin diri, menggerakan diri, bahkan orang lain, jika kita tidak tahu bahkan tidak memiliki tujuan? Wajar saja jika, setiap hal yang kita lakukan seolah berjalan ditempat, stagnan (tetap), bahkan tidak memiliki makna, alhasil kita menjadi manusia yang malas, menjadi manusia yang lemah, dan menjadi manusia yang tidak siap dengan masa depan. Padahal Tuhan telah bekali diri kita dengan pikiran untuk memikirkan, perasaan untuk merasakan, dan nafsu untuk kemauan.

Menjadi Manusia Visioner


Kata visioner tentu tidak asing lagi dipikiran, karena sering kita menemukan kata ini, entah saat mendengar dari orang lain maupun membaca, namun apakah kita telah menjadi seorang yang visioner? Menjadi seorang yang visioner tidaklah mudah tetapi menurut penulis hal ini adalah fitrahnya manusia, maksudnya semua manusia adalah seseorang yang visioner, hanya saja belum di aktifkan, belum di usahakan, alasannya juga mudah, karena semua manusia diciptakan menjadi pemimpin seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Walaupun merupakan fitrah umat manusia tetapi untuk mengaktifkan hal ini tentu harus adanya pembelajaran,penulis teringat dengan  pepatah yang mengatakan bahwa "hidup adalah pembelajaran" sehingga apapun yang kita lakukan di muka bumi ini adalah proses-proses pembelajaran, entah menyedihkan,menyenangkan, keburukan, maupun kebaikan, semuanya adalah pembelajaran, selalu ada hikmah di setiap apapun yang terjadi dalam kehidupan ini.


Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan bahwa untuk menjadi visioner atau untuk mengaktifkan fitrah manusia ini, hal utama yang harus dilakukan adalah menambah/memupuk pengetahuan (entah dengan membaca maupun berdiskusi), karena tanpa hal ini, kita tidak akan mengetahui apapun, bahkan mengetahui bahwa manusia diciptakan menjadi pemimpin adalah hasil dari proses mencari tahu (belajar), singkatnya tidak akan kita mengetahui, jika kita tidak mencari tahu. Setelah menambah pengetahuan, hal kedua yang harus dilakukan adalah menentukan atau menetapkan sebuah tujuan di setiap apapun yang kita lakukan, contohnya ketika hidup, untuk apa kita hidup? Ketika kuliah, untuk apa kita kuliah? Ketika masuk organisasi, untuk apa masuk organisasi? Pertanyaan tersebut agar kita dapat menentukan tujuan, sehingga kita dapat mengaktikan fitrah menjadi pemimpin dan kita mampu aktifkan fitrah menjadi visioner.


Menurut penulis, sangat penting mengaktifkan fitrah ini dan tentu harus mengikuti prosesnya, dengan begitu, kita tidak menjadi manusia yang malas, tidak menjadi manusia yang lemah, karena saat kita sudah menjadi visioner tentu ada tujuan/harapan yang ingin dicapai sehingga apapun dinamika hidup, kita mampu menyesuaikan dan menyelesaikannya. Dengan mengaktifkan hal inipun sebagai bentuk menghargai, mensyukuri pemberian Tuhan pada kita yaitu pikiran, karena menurut penulis alasan fundamental kenapa Tuhan berikan akal pikiran untuk manusia agar manusia dapat menggunakannya untuk menjalani kehidupan dunia, mengatur dan mengelola segala sesuatu yang ada di dunia (manusia-alam) sesuai dengan ajaran yang telah diberikan, sehingga usaha-usaha mengaktifkan fitrah ini adalah salah satu bentuk pengabdian umat manusia kepada sang maha pencipta Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun