Begini,
Berawal dari seekor kupu-kupu yang tampak elok di mataku. Terbang dengan sayap indahnya, menari-nari di hadapanku. Semakin lama kulihat, semakin jauh ia terbang. Pesonanya menarik langkahku untuk terus mengikutinya kemanapun ia pergi. Ia terus terbang dan aku  terus mengikuti. Pesonanya membuatku abai akan jalan yang kulalui. Aku terus berjalan tanpa memikirkan kemana kupu-kupu ini akan terbang dan kapan ia akan berhenti. Ia terus terbang dan aku terus melangkah, lagi dan lagi, mengikutinya kesana kemari.
Sampai kupu-kupu itu sudah tak terkejar lagi. Aku merasa lelah sedang kupu-kupu itu sama sekali tak berhenti. Hilanglah ia dari hadapanku. Menyisakan aku yang ter engah-engah sendiri. Aku melihat ke sekeliling ketika menyadari kalau aku  tak mengenali tempat yang kini kutapaki.
"Dimana  ini?"
Di sekelilingku adalah dinding-dinding berwarna gelap yang menjulang  tinggi. Tak seorang manusiapun kulihat di simping kanan, depan, belakang, pun kiri. Tidak ada siapa siapa disini. Hanya aku sendiri.
Aku pun mencoba melangkah ke depan, menyusuri jalan berdinding tinggi, berharap menemukan pintu keluar. Di ujung lorong ada simpangan, masih kudapati  lorong berdinding tinggi.
"Labirin?" -tebakku.
Bukan tebakan yang salah. Aku memang sedang berada di sebuah labirin. Labirin berdinding lembab yang menjulang tinggi.
Rasa takut menyeruap ketika aku berpikir "Bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari tempat ini?". Tempat yang sama sekali belum kukenali. Tempat yang terasa lembab dan sunyi. Menakutkannya, aku hanya sendiri. Aku berharap sebelum malam yang gelap tiba, aku bisa keluar dari tempat ini.
Di ujung lorong sebelum persimpangan, aku berhenti. Berdiri. Berpikir tentang kemana sebaiknya melangkahkan kaki. Kanan ataukah kiri.
"Bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini?"