Mohon tunggu...
Asip Suryadi
Asip Suryadi Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara

Saya seorang widyiaswara, spesialisasi metodologi dan penilaian pembelajaran. Kajian penelitian di bidang online learning. Senang menulis, membaca dan bercocok tanam. Saya menikah dan memiliki 5 orang anak. Mengelola beberapa media sosial, diantaranya Edunesiania YouTobe, Edunesia Blogspot dan, @asipsuryadi. Dapat dihubungi di WA 081288192490 dan email asip_sayurradi@yahoo.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Apa dalam Kurikulum Merdeka?

30 Oktober 2023   16:49 Diperbarui: 30 Oktober 2023   16:51 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang dipelajari para murid pada Kurikulum Merdeka? Apakah sama dengan pada kurikulum sebelumnya?

Kurikulum Merdeka merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Sebagai sebuah hasil pengembangan tentu saja ada sesuatu yang baru, namun pasti ada yang masih sama dengan sebelumnya. Lalu bagian mana yang baru?

Peryanyaan ini perlu dijawab dengan tegas untuk menghindari persepsi bahwa kurkulum sama saja. Persepsi seperti itu akan menyebabkan praktik pendidikan dan pembelajaran yang takbeda antar kurikulum. Seperti terjadi pada kurikulum sebelumnya.

Untuk menjawabnya mari kita flesh back ke cerita mengenai formulasi kompetensi pada beberapa decade terakhir. Para ekonom, ahli sumber daya manusia, dan pemimpin bisnis seluruh dunia telah mengkaji kompetensi yang harus dikuasai para karyawan setidaknya selama tiga dekade. Mereka bertanya, keterampilan apa yang dibutuhkan industri dan profesi besar dalam diri seorang karyawan atau professiona? Selain itu setiap lima tahun, Forum Ekonomi Dunia mewawancarai para ahli sumber daya manusia dan para bos bisnis untuk mengidentifikasi keterampilan paling penting yang dibutuhkan seorang karyawan di masa depan. Salah satu hasilmnya adalah formulasi kompetensi umum yang disebut kompetensi Abad 21 atau The 21st Century Competency.

Pada formula tersebut kompetensi terdiri dari 3 kelompok yaitu Kemampuan Belajar (Learning Skills), Kemampuan Literasi (literacy skills) dan Keterampilan Hidup (Life Skills). Kemampuan belajar terdiri dari 4 sub kompetensi yaitu berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity), kolaborasi (collaboration), dan komunikasi (communication). Kompetensi ini sering disebut 4C. Kemampuan literasi terdiri dari 3 sub kompetensi yaitu literasi informasi (information), literasi media (media) dan literasi teknologi (technology). Selanjutnya keterapilan hidup terdiri dari 5 sub kopetensi yaitu fleksibilitas (flexibility), kepemimpinan (leadership), inisiatif (initiatives), produktifitas (productivity), dan keterampilan sosial (social skills) (https://www.aeseducation.com/blog/what-are-21st-century-skills).

Formulasi kompetensi ini menjadi tren di seluruh dunia. Banyak negara yang menjadikan formula tersebut sebagai target kompetensi anak-anak di masa yang akan datang agar mereka dapat bersaing di arena global. Caranya dengan menjadikan kompetensi-kompetensi tersebut menjadi muatan dalam kurikulum. Termasuk di Indonesia.

Bangsa Indonesia mereformulasikan The 21st Competency kedalam Profil Pelajar Pancasila (P5). Dalam P5 termuat kompetensi global yang terdiri dari 6 dimensi yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, berkebinekaan global, gotong royong, kreatif dan bernalar klritis. Formula kompetensi tersebut diproklamirkan pada momentum pengembangan kurikulum baru yaitu Kurikulum Merdeka dan menjadi unsur pembeda yang tegas antara kurikulum sebelumnya dengan Kurikulum Merdeka.

Dalam Kurikulum Merdeka, kompetensi-kompetensi tersebut diajarkan dan dibiasakan dalam lingkungan belajar melalui 3 saluran yaitu kurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.  Pada saluran intrakurikuler kompetensi-kompetensi tersebut diajarkan pada setiap mata pelajaran sesuai dengan tahapannya. Pada Kurikulum Merdeka isi palajaran atau materi palajaran berupa hafalan tidak lagi menjadi bagian terpenting, kecuali yang memang harus dihapal seperti pada mata pelajaran agama atau mata pelajaran lainnya yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Materi ajar diringkas sehingga hanya mencakup materi-materi esensial. Pembelajaran tidak lagi banyak menghafal melainkan banyak belajar menalar.

Melalui saluran kokurikuler, para murid difasilitasi untuk melakukan pengamatan (investigation), menyelesaikan masalah (problem solving) dan mengambil keputusan (decision making) melalui kegiatan projek. Projek tersebut disebut projek Peguatan Profil Pelajar Pancasila yang kegiatan dan alokasi waktunya terpisah dari intrakurikuler. Pembelajaran ini dirpoyeksikan untuk menanamkan enam (6) dimensi karakter yang termuat dalam Profil Pelajar Pancasila.

Melalui saluran ekstrakurikuler, para murid mendapat bimbingan untuk menguasai Kompetensi Abad 21 dari para pembina kegiatan pilihan minat pada ekstrakurikuler. Para pembina kegiatan sudah merancang kegiatan dengan memuat Kompetensi Abad 21 sebagai salah satu kompetensi yang harus dikuasai para murid secara terintegrasi dengan keterampilan ekstrakurikulernya.

Jadi dalam Kurikulum Merdeka para murid belajar dan berlatih untuk menguasai Kompetensi Abad 21 ditambah dengan beriman, bertakwa dan berkahlak mulia yang direformulasi menjadi Profil Pelajar Pancasila (P5). Itulah salah satu pembeda utama dengan kurikulum sebelumnya. Selain itu dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka, terdapat tambahan kegiatan dari kurikulum sebelumnya yaitu kegiatan kokurikuler yang disebut Projek Penguatan Profil pelajar Pancasila. Konsep ini harus menjadi pemahaman bersama bagi masyarakat umum dan orang tua. Lebih khusus lagi para pendidk dan tenaga kependidikan. Dengan keseragaman ini diharapkan Kurikulum Merdeka dapat diimplementasikan lebih mudah dan terarah (azura261023).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun