Mohon tunggu...
Muhammad Ashsubli
Muhammad Ashsubli Mohon Tunggu... Akademisi dan Dai

Saya memiliki semangat yang tinggi dan pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perayaan Hut Dua Juru Selamat yang Berdampingan

24 Desember 2015   22:20 Diperbarui: 24 Desember 2015   22:31 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sepintas, tidak ada yang aneh dengan perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, karena memang setiap tahunnya umat Islam menyambutnnya dengan untaian shalawat dan barzanji. Namun untuk kali ini, peringatan atas kelahiran 100 tokoh berpengaruh dunia yang dicetuskan oleh Michel Hart itu berdampingan dengan sosok juru selamat Isa al-Masih. Hari Kamis 24 Desember 2015 merayakan HUT Nabi Muhammad SAW, lalu hari Jumat 25 desember 2015 merayakan HUT Nabi Isa AS.

Terjadi perdebatan tentang percis kelahiran Isa al-Masih, ada yang mengatakan  25 Desember sebenarnya bukan tanggal lahirnya. Sebagian lagi mengatakan makna Natal bagi umat Kristen tidak sama dengan makna kelahiran Nabi Isa bagi umat Islam. Terlepas dari kontroversi di atas, yang menjadi titik pointnya adalah  semangat perjuangannya  bukan pada akurasi tanggal.  

Menurut Komaruddin Hidayat (Guru Besar UIN Jakarta), secara teologis, nama Yesus dan Isa menurut sebuah kajian historis ialah sosok yang sama, dengan sebutan yang berbeda semata karena pergeseran ucapan.

Isa, Yesaa, Yeshua, Yesus kesemuanya menunjuk pada aktor sejarah yang sama. Perubahan ucapan itu mirip dengan apa yang terjadi pada pemain bola dari Afrika atau Arabia, setelah pindah ke Eropa lalu berubah nama panggilannya seperti Zainuddin menjadi Zidan, Yusuf jadi Joseph, Ibrahim menjadi Abraham.

Kehadiran sosok sejarah bernama Yesus sebagai peletak dasar agama Nasrani dan Nabi Muhammad sebagai peletak dasar agama Islam telah memberikan sumbangan sangat besar pada peradaban dan sejarah manusia sejagat. Pengaruh mereka masih berlangsung terus sampai hari ini.

 Karena kelahiran Nabi Muhammad jauh di belakang Yesus, yaitu 671 M, logis dan wajar saja jika pencatatan riwayat hidupnya lebih komplet dan transparan di mata sejarawan.   .

Di luar perdebatan dan tafsiran terhadap ajaran yang diwariskan para rasul Allah, kedua sosok Yesus dan Nabi Muhammad telah menginspirasi dan menggerakkan jutaan bahkan miliaran orang untuk memperjuangkan cita-cita hidup berlandaskan moralitas agung. Sebuah moralitas yang berasal dari Tuhan yang sama dan  kemudian menjadi hukum kemanusiaan secara global. Tak ada sosok sejarah yang sangat dicintai umatnya, dijadikan model keteladanan hidup, bahkan umatnya rela mati jika kemuliaannya dihinakan. 

JURU SELAMAT

Ironisnya, karena perbedaan paham, penafsiran, dan kepentingan politik dari para pengikut Yesus dan Muhammad, pernah terjadi Perang Salib, perang antara pemeluk Nasrani dan Islam. Padahal, asal usul agama itu ialah dari Tuhan yang sama yang mengajarkan cinta kasih dan perdamaian.

Perbedaan paling fundamental antara pemeluk Nasrani dan Islam terletak pada penafsiran dan keyakinan posisi Yesus. Bagi umat Islam, Yesus atau Isa ialah rasul Tuhan sebagaimana sosok rasul yang lain, dengan mengajarkan keimanan dan akhlak mulia.

Namun, bagi umat Kristiani, Yesus diyakini sebagai Juru Selamat yang dalam dirinya Tuhan menyatu dengan hamba,  Maka, terkenal ungkapan bahwa Yesus sebagai jalan keselamatan yang telah mengalahkan dosa manusia, itulah Yesus sang penebus dosa.  Yesus ialah firman yang hidup mendunia. Jesus is the way. Paham yang ortodoks, Jesus is the only way. (Asep Salahudin dalam Spritualisme maulid sang nabi).

Jadi, sesungguhnya baik Yesus maupun Muhammad keduanya sebagai Juru Selamat.  Bagi umat Muslim, Nabi Muhammad agama yang dibawanya tidak dinamai dengan nama dirinya atau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, tapi justru penamaan itu dihunjamkan pada jantung hakikat keberagamaan itu sendiri, kepasrahan kepada Sang Kuasa, yakni Islam. Kata Nabi, sebarkan salam di antara kalian. Di lain kesempatan disampaikannya, "Mereka yang menebarkan kasih di bumi, akan mendapatkan kasih dari langit". Tercatat dalam beberapa riwayat Imam Bukhari, "Kamu tidak bisa menjadi muslim sejati sampai kamu mendoakan orang lain apa yang ingin kamu dapatkan." Atau "Yang paling baik di antara manusia adalah orang yang melakukan kebaikan kepada manusia lain." Di lain kesempatan Nabi menyerukan, "Berbuat baiklah kepada seluruh makhluk hidup, maka Allah akan berbuat baik kepadamu." 

Itulah yang setiap waktu diucapkan oleh umat Islam jika bertemu antara satu dengan yang yang lainnya assalamualaikum yaitu keselamatan atas kamu semua. Bahkan dalam ritual ibadah pun para pengikutnya senantiasa melafaskan ucapan selamat kepada Nabi Muhammad SAW.

Harus kita akui bahwa hari ini ada banyak teladan Nabi yang telah ditanggalkan dari tindakan keberagamaan kita. Yang paling mutakhir tentu saja bagaimana agama sering kali dibajak untuk kepentingan partisan, jangka pendek, dan tujuan-tujuan politik sesaat, bahkan kekerasan pun dilegalkan atas nama agama itu sendiri seperti diperagakan kelompok IS dan ormas-ormas fundamentalis yang akhir-akhir ini meruyak di Nusantara.

Agama yang semestinya mengobarkan risalah kedamaian, akhirnya di tangan kaum primitif mengalami contradictio in terminis. Wajah agama menjadi akrab dengan pentungan dan tindakan naif lainnya. Rupa agama menjadi bengis menyeramkan. Dakwah yang seharusnya dilakukan lewat cara-cara santun seperti diperagakan dua tokoh di atas malah identik dengan paksaan. Amar maruf sebagai ikhtiar mewujudkan tata kehidupan berkeadaban mengalami pergeseran ke arah penafsiran negatif, yakni hanya ajang mendesakkan keyakinan dan pemahaman yang sejak awal telah dimonopoli secara sepihak.

Lewat Maulid Nabi yang kebetulan tahun ini beriringan dengan kelahiran Isa Almasih, minimal kita dapat belajar untuk memasuki pengalaman keragaman secara lapang, untuk memastikan bahwa tujuan utama kehadiran agama ialah mewujudkan keutamaan publik menebarkan rahmat dan menjalin kerukunan.

Meskipun dengan konsep dan formula yang berbeda. Keduanya merupakan instrumen sang pencipta untuk melakukan misi keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia.  Sebagaimana telah tertuang dalam al-Quran "Innamaal masiikhu Isabnu maryama Rasulullah wa kalimatuhu al qohaa ilaa maryama wa rukhu minhu". Artinya: "Sesungguhnya Almasih Isa Putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan Roh dari-Nya". (Qs. 4:171)

 Muhammad Ashsubli (Ketua Prodi Hukum Tata Negara Islam STAIN Bengkalis)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun