Jadi, sesungguhnya baik Yesus maupun Muhammad keduanya sebagai Juru Selamat. Bagi umat Muslim, Nabi Muhammad agama yang dibawanya tidak dinamai dengan nama dirinya atau dinisbatkan kepada tempat kelahirannya, tapi justru penamaan itu dihunjamkan pada jantung hakikat keberagamaan itu sendiri, kepasrahan kepada Sang Kuasa, yakni Islam. Kata Nabi, sebarkan salam di antara kalian. Di lain kesempatan disampaikannya, "Mereka yang menebarkan kasih di bumi, akan mendapatkan kasih dari langit". Tercatat dalam beberapa riwayat Imam Bukhari, "Kamu tidak bisa menjadi muslim sejati sampai kamu mendoakan orang lain apa yang ingin kamu dapatkan." Atau "Yang paling baik di antara manusia adalah orang yang melakukan kebaikan kepada manusia lain." Di lain kesempatan Nabi menyerukan, "Berbuat baiklah kepada seluruh makhluk hidup, maka Allah akan berbuat baik kepadamu."Â
Itulah yang setiap waktu diucapkan oleh umat Islam jika bertemu antara satu dengan yang yang lainnya assalamualaikum yaitu keselamatan atas kamu semua. Bahkan dalam ritual ibadah pun para pengikutnya senantiasa melafaskan ucapan selamat kepada Nabi Muhammad SAW.
Harus kita akui bahwa hari ini ada banyak teladan Nabi yang telah ditanggalkan dari tindakan keberagamaan kita. Yang paling mutakhir tentu saja bagaimana agama sering kali dibajak untuk kepentingan partisan, jangka pendek, dan tujuan-tujuan politik sesaat, bahkan kekerasan pun dilegalkan atas nama agama itu sendiri seperti diperagakan kelompok IS dan ormas-ormas fundamentalis yang akhir-akhir ini meruyak di Nusantara.
Agama yang semestinya mengobarkan risalah kedamaian, akhirnya di tangan kaum primitif mengalami contradictio in terminis. Wajah agama menjadi akrab dengan pentungan dan tindakan naif lainnya. Rupa agama menjadi bengis menyeramkan. Dakwah yang seharusnya dilakukan lewat cara-cara santun seperti diperagakan dua tokoh di atas malah identik dengan paksaan. Amar maruf sebagai ikhtiar mewujudkan tata kehidupan berkeadaban mengalami pergeseran ke arah penafsiran negatif, yakni hanya ajang mendesakkan keyakinan dan pemahaman yang sejak awal telah dimonopoli secara sepihak.
Lewat Maulid Nabi yang kebetulan tahun ini beriringan dengan kelahiran Isa Almasih, minimal kita dapat belajar untuk memasuki pengalaman keragaman secara lapang, untuk memastikan bahwa tujuan utama kehadiran agama ialah mewujudkan keutamaan publik menebarkan rahmat dan menjalin kerukunan.
Meskipun dengan konsep dan formula yang berbeda. Keduanya merupakan instrumen sang pencipta untuk melakukan misi keselamatan dan kebahagiaan hidup manusia. Â Sebagaimana telah tertuang dalam al-Quran "Innamaal masiikhu Isabnu maryama Rasulullah wa kalimatuhu al qohaa ilaa maryama wa rukhu minhu". Artinya: "Sesungguhnya Almasih Isa Putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam, dan Roh dari-Nya". (Qs. 4:171)
 Muhammad Ashsubli (Ketua Prodi Hukum Tata Negara Islam STAIN Bengkalis)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI