Mohon tunggu...
Ashri Riswandi Djamil
Ashri Riswandi Djamil Mohon Tunggu... Guru - Belajar, belajar, dan belajar

wkwk land

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Work From Home

13 Juni 2020   00:00 Diperbarui: 13 Juni 2020   00:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maksudnya kurikulum yang adaptif terhadap pandemi ini. Kurikulum pandemi lebih tepat. Karena pandemi ini bersifat sementara. Artinya virus akan tetap ada. Tidak hilang begitu saja. Tapi pandemi bisa cepat, bisa lambat berlalu. Atau reda lebih tepatnya.      

Bekerja dari rumah menjadi istilah populer. Bagi yang terbiasa bekerja di rumah seperti penulis menjadi hal yang biasa. Bahkan bekerja di rumah bisa jadi pekerjaan idaman bagi sebagian besar pekerja kantoran mungkin. Mungkin juga tidak. Tidak bagi yang memang dasarnya tidak suka lama-lama di rumah. 

Bagi yang berkeluarga mungkin ini adalah pekerjaan idaman dimana bisa selalu bersama keluarga. Lebih mudah mengawasi dan membersamai anak-anak. Lebih dekat dalam menjalin hubungan keluarga yang seharusnya selalu mendampingi anak-anak. Bagi ibu yang bekerja. Di rumah adalah paling ideal. Bahkan bisa lebih produktif.

Private Images
Private Images
Perusahaan teknologi sebesar Google dan Facebook. Sudah mem work from home kan pegawainya. Ini akan merubah wajah atau pakem perusahaan teknologi yang mana keberadaan kantor tidak lagi ideal. Selama produktif sebenarnya bekerja dimana saja tidak menjadi masalah. Malah menurut hemat saya seperti itulah perusahaan teknologi seharusnya. 

Mobile. Di zaman yang serba mobile ini. Jadi teringat ketika Pak Dahlan Iskan saat menjabat sebagai menteri. Beliau melakukan rapat via aplikasi bbm. Tanpa harus berkumpul di kantor. Efektif? Tergantung leadernya.

Kini semua menjadi serba digital. Bekerja, rapat, belajar, mengajar, berdagang melalui dunia digital. Percepatan digitalisasi ekonomi menjadi kenyataan yang natural. Terjadi dengan sendirinya. Tampaknya memang benar ada sebuah hadis yang mengatakan tuntutlah ilmu sampai negeri China. Ada benarnya. 

Terlepas dari berbagai pendapat atau teori di luar sana sejak covid-19 menyebar. Bahwa China di kambinghitamkan atas semua ini. Tidak adil sebenarnya. Ingat, dulu sekitar tiga puluh tahun lalu kurang lebih. China negara yang biasa saja. Kemudian perlahan mulai menguasai ekonomi dan teknologi bahkan. Ada proses disana. 

Bagaimana china menjadi negara maju dan menjadi macan ekonomi dunia. Ya kita harus belajar dari sana. Kemandirian China yang harus kita tiru. Mandiri adalah kata kuncinya. Saya tidak bisa menjelaskan secara rinci. Namun saya bisa memberikan referensi tentang ilmu ekonomi dari seorang pakar yang pengetahuannya luas dan dalam tentang geo ekonomi, dan sistem ekonomi modern.

Akibat pandemi ini, bukan hanya virus ini yang harus di waspadai. Tapi unsur lain kehidupan terkena dampaknya. Tanpa harus menjadi ahli ekonomi. Kita bisa lihat sendiri. Pasar sepi, took-toko sebagian tutup. Karena aturan psbb di tiap daerah. Kalaupun buka, dibatasi waktunya. Pe Ha Ka terjadi dimana-mana. Bahkan perusahaan besar yang sudah belasan bahkan puluhan tahun harus tutup. Bangkrut. Sungguh sangat disayangkan. Ini baru tiga bulan. 

Bagaimana jika prediksi para ahli pandemi ini benar bahwa pandemi ini akan berlangsung lebih lama. Bisa satu tahun. Bagaimana jadinya ? maka itu mulai pekan ini. Tidak hanya di Indonesia, tetapi sebagian besar negara di dunia melakukan apa itu yang disebut New Normal. Kelaziman baru. 

Yang juga menjadi kontroversi. Tapi sudahlah saya tidak ingin berdebat dengan kata itu. Yang jelas kita harus tetap melakukan protokol kesehatan. Tidak ada ruginya. Bahkan lebih bersih dan sehat. Salah satu berkah pandemi ini. Kita jadi sadar hidup bersih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun