Mohon tunggu...
Moh. Ashari Mardjoeki
Moh. Ashari Mardjoeki Mohon Tunggu... Freelancer - Senang baca dan tulis

Memelajari tentang berketuhanan yang nyata. Berfikir pada ruang hakiki dan realitas kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gerilya Politik Bukan Makar, Kepung Presiden Jokowi

7 September 2018   17:07 Diperbarui: 7 September 2018   17:43 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian. Realita sejarah mencatat bahwa kemurnian semangat bernegara agaknya tidak pernah beranjak dari lingkungan kampus. Tetap seperti pada awal-awal dasawarsa jauh sebelum proklamasi  kemerdekaan.   

Dari kampus-kampus itu kemudian lahirlah berbagai gerakan politik yang melahirkan partai politik yang mengakar kepada rakyat. Dan semangat bernegara yang sungguh-sungguh diperlihatkan oleh suatu bangsa dengan adanya partai politik.

Gerilya politik, makar, dan demokrasi kuno di NKRI

Menurut penulis. "Usaha menjatuhkan presiden" adalah yang pantas disebut sebagai gerilya politik.  Gerilya politik  sudah barang tentu belum berbuat yang disebut makar.  Silakan saja para pakar soal makar menjelaskan panjang lebar tentang perbuatan bodoh yang bisa dilakukan siapa saja yang berminat.

Di NKRI, baik makar maupun gerpol tidak layak dilakukan oleh pihak mana pun. Makar dan gerilya politik adalah haram dilakukan di NKRI. NKRI tidak punya musuh. Yang bisa dianggap musuh negara hanyalah "kebodohan." Terutama kebodohan bernegara.

Di NKRI yang berdasar Pancasila seorang Presiden tidak selayaknya harus diganti. Melainkan mutlak harus diangkat dengan kepastian yang berkelanjutan. Karena masa bakti seorang Presiden masih perlu harus dibatasi dengan waktu---lima tahun.


Selama ini NKRI seperti  harus diselenggarakan dengan mengikuti tradisi negara-negara yang sudah tua dan sudah berkarat menggunakan sistem demokrasi yang sudah usang.

Di NKRI,  sampai hari ini.  Demokrasi usang tetap dipuja oleh mereka para penganut faham demokrasi kebablasan.  Mereka mengaku sebagai orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, tetapi tidak faham hakikat demokrasi yang diamanahkan Pancasila. Maka tidak terlalu mengherankan bila orang-orang Indonesia yang demokrat sudah ngotot dengan pendiriannya meski belum teruji kebenarannya.

Gerpol zaman Bung Karno

 Dahulu. Menjelang kejatuhannya, Bung Karno pernah mengisyaratkan adanya gerilya politik untuk menjatuhkannya.

Waktu itu bentuk nyata yang dikatakan sebagai gerpol atau gerilya poitik adalah Sukarnoisme menumpas Soekarnoisme. Yaitu ada pihak yang ingin menghilangkan Soekarnoisme dengan pura-pura tampil lebih Soekarno dari pada Soekarno sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun