Hallo Sobat Kompasiana? Gimana nih kabar kalian? Kali ini kita akan membahas apa sih Retorika itu?Â
Simak di bawah ini yaa!
Retorika Seni Komunikasi yang Menggerakkan Pikiran dan Perasaan
Dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak, kita terus-menerus terlibat dalam kegiatan retorika. Ketika seorang pemimpin memotivasi timnya, ketika seorang guru menjelaskan pelajaran dengan menarik, atau bahkan ketika kita meyakinkan teman untuk memilih restoran tertentu, kita sedang mempraktikkan retorika.Â
Apa Sebenarnya Retorika Itu?
Retorika bukan sekedar seni bicara yang indah. Pada intinya, retorika adalah seni komunikasi yang efektif. Bayangkan retorika sebagai "toolkit" atau peralatan yang membantu kita menyusun dan menyampaikan pesan dengan cara yang tepat, untuk audiens yang tepat, dalam situasi yang tepat. Jika dianalogikan, retorika seperti resep memasak. Bahan-bahannya sama (kata-kata), tetapi cara mengolahnya yang membuat hasilnya berbeda. Retorika mengajarkan kita bagaimana "memasak" kata-kata agar pesan kita tidak hanya didengar, tetapi juga dipahami, diingat, dan menggerakkan orang lain.
Definisi Retorika: Lebih dari Sekadar Bicara Bunga-bunga
Secara sederhana, retorika dapat didefinisikan sebagai seni atau ilmu dalam berkomunikasi secara efektif, khususnya dalam bentuk pidato atau tulisan, dengan tujuan untuk membujuk, memengaruhi, atau menginformasikan audiens. Namun, definisi ini sering disalah pahami. Banyak orang mengira retorika identik dengan "bicara bertele-tele" atau "memanipulasi kata-kata" untuk menyembunyikan kebenaran (sehingga muncul istilah retorika politik yang bernada negatif). Padahal, pada hakikatnya, retorika adalah alat netral. Nilainya tergantung pada tujuan dan etika penggunanya. Retorika bukanlah tentang apa yang dikatakan semata, tetapi bagaimana mengatakannya dengan cara yang paling tepat dan efektif untuk situasi dan audiens tertentu.
Asal-usul Retorika: Dari Yunani Kuno hingga Modern
Retorika pertama kali dikembangkan secara sistematis pada abad ke-5 SM di Yunani Kuno, terutama oleh filsuf seperti Aristoteles. Dalam bukunya yang berjudul "Rhetoric", Aristoteles mendefinisikan retorika sebagai "kemampuan untuk melihat dalam setiap situasi alat persuasi yang tersedia" (the faculty of observing in any given case the available means of persuasion). Bagi Aristoteles, retorika adalah alat praktis untuk mencari kebenaran dalam hal-hal yang tidak pasti, di mana logika murni (seperti dalam matematika) tidak cukup. Retoris yang baik harus mampu membangun argumen yang kuat.
Tiga Pilar Persuasi dalam Retorika (Ethos, Pathos, Logos)
Aristoteles mengidentifikasi tiga modalitas persuasi yang menjadi fondasi retorika hingga kini:
*Ethos (Kredibilitas Pembicara): Ini adalah daya tarik yang berdasarkan pada karakter, kredibilitas, dan keandalan pembicara. Audiens cenderung percaya pada seseorang yang mereka anggap berpengetahuan, jujur, dan memiliki integritas. Ethos dibangun melalui pengalaman, keahlian, sikap profesional, dan keterusterangan.
        Contoh: Seorang dokter yang menjelaskan tentang pentingnya vaksinasi.
*Pathos (Daya Tarik Emosional): Pathos adalah kemampuan untuk membangkitkan emosi audiens---seperti rasa sedih, marah, haru, takut, atau bahagia. Dengan menyentuh perasaan, pembicara dapat menciptakan hubungan yang lebih dalam dan memotivasi audiens untuk bertindak.
Contoh: Iklan layanan masyarakat yang menunjukkan dampak buruk narkoba dengan menyajikan cerita emosional seorang korban.
*Logos (Dayana Tarik Logis): Logos merujuk pada penggunaan akal sehat, logika, data, statistik, dan fakta untuk mendukung argumen. Persuasi melalui logos bersifat rasional dan terstruktur.
Contoh: Presentasi bisnis yang menggunakan grafik pertumbuhan penjualan dan analisis pasar untuk mengusulkan strategi baru.
Fungsi Retorika:Â
Dalam benak banyak orang, kata "retorika" sering kali berkonotasi negatif, diasosiasikan dengan bicara berlebihan, manipulasi, atau omong kosong belaka. Namun, pemahaman ini mengaburkan hakikat retorika yang sesungguhnya. Retorika, yang telah dipelajari sejak zaman Yunani Kuno, adalah seni atau teknik berbicara dan menulis secara efektif dan persuasif. Ia bukan sekadar tentang kata-kata indah, melainkan tentang bagaimana menyampaikan pesan agar dapat dipahami, diterima, dan menggerakkan audiens untuk bertindak.
Pada intinya, retorika adalah alat netral. Kekuatannya terletak pada bagaimana ia digunakan. Untuk memahami signifikansinya, mari kita telusuri lima fungsi utama retorika dalam komunikasi manusia.
1. Fungsi Informatif: Menyampaikan Pengetahuan dan Kejelasan
Fungsi paling dasar retorika adalah untuk menginformasikan. Seorang guru yang menjelaskan teori fisika, seorang ilmuwan yang mempresentasikan hasil penelitian, atau seorang manajer yang memaparkan laporan kinerja---semuanya menggunakan retorika.
2. Fungsi Persuasif: Meyakinkan dan Mengajak Bertindak
Ini adalah fungsi yang paling sering dikaitkan dengan retorika. Persuasi bertujuan untuk mengubah atau memperkuat keyakinan, sikap, dan perilaku audiens.
3. Fungsi Argumentatif: Membangun dan Mempertahankan Kebenaran
Retorika adalah tulang punggung dari debat dan diskusi yang sehat. Fungsi argumentatif tidak sekadar untuk "menang", tetapi untuk menguji validitas suatu pendapat melalui pertukaran ide yang konstruktif.
4. Fungsi Edukatif: Membentuk Karakter dan Nilai
Retorika memiliki peran mendidik, baik bagi pembicara maupun pendengar. Bagi pembicara, proses menyusun pidato melatih kemampuan berpikir kritis, mengorganisasikan ide. Â
Banyak yang memandang retorika sebagai alat untuk memutar balik fakta. Pandangan ini keliru. Retorika yang etis justru adalah tentang kejujuran dan kejelasan. Tujuannya adalah untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang paling mudah dicerna dan diterima oleh orang lain.
Ibaratnya, Anda memiliki obat yang sangat manjur. Retorika adalah kemampuan Anda untuk menjelaskan dengan meyakinkan mengapa obat itu perlu diminum, sehingga orang yang membutuhkan mau menerimanya. Obatnya tetap obat yang sama---yang berubah adalah cara penyampaiannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI