Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Kereta Cepat, AI, dan Paradoks Ekonomi

16 September 2023   22:20 Diperbarui: 17 September 2023   08:03 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Ketika Kereta Cepat Hanya Jadi Kereta Barang

Penerapan teknologi secara umum ataupun secara khusus adalah penerapan AI ke dalam industri harus memperhatikan daya serap pasar dan daya dukung ekonomi.

Keberadaan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KACJB), saya lebih suka menggunakan istilah ini ketimbang KCIC, yang merupakan teknologi mutakhir buat Indonesia jelas harus didukung dengan mobilitas penduduk yang tinggi di dua pusaran besar ekonomi nasional yaitu Bandung dan Jakarta.

Jika eksistensi KACJB ini tidak didukung oleh mobilitas penduduk yang tinggi, ataupun tidak menjadi trigger peningkatan perkembangan ekonomi di kedua daerah itu, yang mana hal ini pada akhirnya akan meningkatkan mobilitas penduduk, maka kita harus menerima kenyataan bahwa kereta cepat itu yang super canggih dan super mewah itu hanya akan menjadi kereta angkut barang saja, dan bukan kereta angkut manusia.

Dalam perdagangan online yang sedang sangat berkembang saat ini mobilitas barang lebih aktif ketimbang mobilitas orang. Sehingga jika kereta api cepat tidak cukup menarik buat penumpang manusia, bisa dialih fungsikan menjadi kereta barang.

Paradoks Ekonomi Mikro


Masalah ekonomi dan khususnya industri bukan melulu pada sisi produksi yaitu tentang bagaimana meningkatkan efisiensi dan produktivitas, seperti misalnya bagaimana menghasilkan produk dengan biaya produksi teroptimal, tapi juga terutama pada bagaimana produk tersebut bisa diserap pasar dengan baik.

Untuk sisi pertama yaitu sisi efisiensi dan produktivitas, perusahaan dapat  melakukannya secara mandiri dan sendiri-sendiri. Tapi untuk sisi kedua yaitu sisi pasar, maka selain perusahaan tidak saja melakukannya dengan memilih pasar terbaik, menerapkan teknik pemasaran terefektif, dan melakukan manipulasi pasar yang bisa dilakukan secara mandiri dan sendiri-sendiri berdasarkan sistem internal perusahaan, melainkan perusahaan juga terikat oleh kapasitas pasar secara keseluruhan yang tidak bisa dipengaruhi dan digerakkan perusahaan secara sendirian dan mandiri.

Kapasitas pasar secara matematis dapat tergambar melalui PDB dan Pendapatan per Kapita. Kapasitas pasar merupakan aggregat seluruh daya ekonomi dalam sebuah sistem ekonomi. Sebuah perusahaan seringkali adalah bagian yang sangat kecil dari keseluruhan perekonomian.

Paradoks Pasar

Perusahaan bisa mengembangkan, merekayasa, dan memanipulasi produk untuk masuk ke "pasar lautan biru" sebagai bagian dari upaya memanfaatkan dan memanipulasi pasar. Tapi ini punya batasan, yaitu efektif jika kapasitas pasar secara keseluruhan sangat besar dan terus berkembang dengan pertumbuhan yang tinggi.

Jika tidak, di mana kapasitas ekonomi terbatas, stagnan, atau terus menurun, maka ketika perusahaan masuk ke "pasar lautan biru" pun, perusahaan harus bisa mengalihkan kapasitas pasar yang ada yang dimiliki oleh "pasar lautan merah" kepada produknya. Sehingga dengan itu konsumen rela mengalihkan uangnya dari produk pada "pasar lautan merah" kepada produk perusahaan yang berada di "pasar lautan biru".

Jika demikian definisi "lautan biru" akan samar juga dengan "lautan merah" dalam perekonomian yang stagnan atau cenderung menurun kapasitasnya tersebut. "Biru" dan "merah" dalam konteks ini hanya dibatasi oleh banyak sedikitnya pemain di pasar, yang kehilangan maknanya jika uang yang diperebutkan terbatas dan tertentu.

Mengubah trend dan preferensi pasar, serta bahkan meningkatkan kapasitas ekonomi dari pasar tidak bisa dilakukan perusahaan sendirian dan secara mandiri. Kedua hal, yaitu preferensi pasar dan kapasitas pasar, tersebut ini adalah upaya masif dan gotong royong dari semua anasir dalam perekonomian.

Paradoks AI

Kehadiran AI akan banyak membantu industri dalam hal otomatisasi yang mengarah kepada efisien dan produktivitas usaha yang lebih tinggi. AI juga dapat membantu perusahaan untuk menemukan pasar yang paling menguntungkan dan bagaimana melakukan pendekatan kepada pasar tersebut.

Pada saat yang sama penerapan AI dalam industri harus mampu meningkatkan kapasitas perekonomian agar pasar dapat menyerap dengan baik produk yang dihasilkan. Daya beli konsumen harus meningkat, atau minimal dipertahankan dalam level yang tinggi. Untuk itu masyarakat harus disejahterakan. Lapangan kerja yang hilang akibat penerapan AI harus digantikan dengan hadirnya lapangan kerja baru akibat penerapan AI tersebut.

Jika mekanisme itu tidak terjadi, maka produk yang dihasilkan dari penerapan AI tidak akan mampu diserap pasar dengan baik.

Implikasi

Pada perekonomian yang stagnan dan ditambah dengan tingkat pengangguran yang tinggi, penerapan AI, yang cenderung menghapuskan sejumlah lapangan kerja, hanya akan menjadi bumerang yang akan memukul balik perusahaan. Ini akibat dari produk yang dihasilkan tidak terserap dengan baik oleh pasar. Kapasitas pasar yang baik ditandai dengan daya beli konsumen yang tinggi dan tingkat penyerapan tenaga kerja yang juga tinggi.

Para industrialis dan pelaku bisnis jangan gampang tergoda dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi hasil penerapan AI pada perusahaan, jika pasar dalam kondisi stagnan dengan tingkat partisipasi kerja yang rendah.

Pandangan harus diarahkan dari dalam ke luar secara bolak-balik yaitu dari sisi efesiensi dan produktivitas internal yang dapat dicapai kepada kondisi persaingan di dalam industri, serta kapasitas pasar dan tingkat partisipasi kerja dalam perekonomian.

Para investor dan bankir harus ekstra prudent pula dalam mengucurkan dana kepada perusahaan atau industri yang akan menerapkan AI. Salah-salah uang akan berubah jadi angin akibat produk perusahaan tidak direspon dengan baik oleh pasar. Perekonomian yang harus diwaspadai adalah perekonomian tanpa pertumbuhan dan dengan tingkat pengangguran yang tinggi.

Pasar yang baik bagi penerapan AI ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, daya beli tinggi, dan tingkat partisipasi kerja yang tinggi.

Untuk itu jika satu pekerjaan hilang dari suatu penerapan AI, maka dengan itu perekonomian harus dapat menciptakan minimal dua pekerjaan baru. Satu untuk orang yang kehilangan pekerjaan akibat penerapan AI tersebut. Serta satu lagi untuk para fresh graduate.

Penutup 

Penerapan AI dengan otomatisasi yang luas dan dalam sebagai salah satu turunannya hanya efektif dalam pasar yang memiliki kapasitas pasar yang tinggi yang ditandai  bukan saja oleh besaran populasi, tapi utamanya oleh daya beli yang tinggi. Ini menjadi petunjuk penting bahwa penerapan AI harus menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan bukan malah mengurangi atau melenyapkannya. Jika satu pekerjaan hilang akibat AI, maka aspek lain AI harus menciptakan dua pekerjaan baru. Daya dukung pasar ini lebih penting bagi perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang bagi kehidupan dan operasional perusahaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun