Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

BBM Naik Lagi Cuma Gimmick Ekonomi

4 September 2022   11:59 Diperbarui: 6 September 2022   02:42 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Gimmicks Kenaikan Harga BBM

Kenaikan, atau lebih tepatnya penyesuaian, harga BBM di tengah perekonomian yang sedang baik-baik saja, jadi terasa seperti lelucon garing. Per 31 Juli 2022 APBN masih surplus 106 T, dengan realisasi anggaran BBM baru 62 T, sebesar 42% dari anggaran. Ekonomi tumbuh di kisaran 5%, inflasi stabil, dan sejak Agustus harga minyak mentah dunia ada kecenderungan turun, walaupun perang Rusia - Ukraina belum ada tanda-tanda akan berakhir.

Penyesuaian harga BBM cuma proses membentuk semacam equilibrium ekonomi yang baru. Segera saja segala sesuatunya akan mengikuti menyesuaikan diri. Inflasi meningkat. Ongkos angkutan umum pasti ikut naik. Cepat atau lambat, upah dan gaji pun akan naik. Harga pokok pembelian meningkat,  sehingga harga jual pun dinaikkan. Margin kotor tidak berubah, dan karena biaya lainnya juga ikut menyesuaikan, maka marjin bersih juga bisa jadi tidak berubah.

Penyesuaian harga BBM jadinya gimmicks aja. Jika berharap dengan itu APBN jadi lebih ramping, maka itu hanya akan berhasil jika inflasi yang memengaruhi belanja pegawai dan belanja barang Pemerintah bisa ditekan. Jika berharap PDB meningkat, ya nilainya pasti meningkat karena kenaikan harga, tapi volume bersihnya mungkin sama aja. Yang harus diwaspadai adalah pengaruh kenaikan harga BBM ini terhadap harga jual produk ekspor. Peningkatan harga jual produk ekspor bisa menurunkan permintaan produk ekspor, terutama saat di mana ekonomi di Eropa, Amerika, dan RRC sedang tergerus.

Secara umum penyesuaian harga BBM, sejak pertama kali dilakukan pada tahun 1991, akan meningkatkan inflasi, dan ajaibnya juga secara umum meningkatkan PDB dan pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan terus turun, subsidi BBM tetap meningkat seiring dengan peningkatan APBN. Singkatnya penyesuaian harga BBM justru baik buat perekonomian secara umum, cateris paribus.

Penyesuaian harga BBM memang sering kali dilakukan sebagai respon atas kenaikan harga minyak mentah dunia. Tetapi tidak selalu begitu.

Pada masa Orde Baru kenaikan harga BBM dilakukan tiga kali yaitu pada tahun 1991, 1993, dan 1998 justru ketika harga minyak mentah dunia turun. Sedangkan Habibie justru menurunkan harga BBM ketika harga minyak mentah dunia naik. SBY pun pada tahun 2009 menurunkan harga BBM secara tipis ketika harga minyak mentah dunia naik.

Penyesuaian harga BBM berkorelasi positif terhadap inflasi. Ketika harga BBM naik, inflasi naik. Ketika harga BBM turun, inflasi juga turun. Hal serupa ini terjadi pada tahun 1999 dan 2009 di mana harga BBM turun seiring penurunan inflasi. Pada tahun 2000, 2003, dan 2014, kenaikan harga BBM justru diikuti dengan penurunan inflasi.

Ini yang luar biasa nih. Walaupun harga BBM secara umum terus naik, tingkat kemiskinan terus turun. Baik pada tahun-tahun tanpa kenaikan harga BBM maupun pada tahun-tahun terjadi kenaikan harga BBM jumlah penduduk miskin dan prosentase penduduk miskin terus menurun. Kecuali pada tahun 1998 dan 1999. Ini sebabnya memang bukan harga BBM, tapi krisis moneter 1998. Jumlah penduduk miskin memang pernah bertambah pada tahun 2002, tapi dari sisi prosentase tetap turun. 

Kenaikan harga BBM membuat jumlah penduduk miskin membengkak? Ah tidak juga. Yang terjadi sebenarnya adalah menurunnya rasa sejahtera masyarakat atau menurunnya daya beli masyarakat akibat terjadi lag penyesuaian pendapatan ketika harga-harga dan biaya-biaya sudah lebih dulu naik menyesuaikan kenaikan harga BBM. Semakin lama cepat lag itu diatasi, maka daya beli dan rasa sejahtera masyarakat akan kembali normal.

Ekonomi tetap tumbuh baik, baik nilai maupun tingkatnya, kecuali pada masa krisis moneter 1998 dan 1999. Secara umum perekonomian Indonesia tidak terpengaruh terhadap penyesuaian harga BBM. PDB dan PDB per kapita tetap naik pun pada tahun-tahun di mana harga BBM naik. Kenaikan PDB lebih banyak dipengaruhi oleh harga komoditas di pasar internasional. Pertambahan volume produksi nasional pun lebih sering didorong oleh meningkatnya permintaan produk ekspor oleh pasar internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun