Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memperingati Hardiknas 2023 Menggali Makna Filosofi Ki Hajar Dewantara

2 Mei 2023   11:44 Diperbarui: 2 Mei 2023   11:50 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara HARDIKNAS 2023 di SDN Sedono Semin/Dokpri

Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2023, Menggali Makna Filosofi Ki Hajar Dewantara

Selasa tanggal 02 Mei 2023 adalah momen bahagia bagi kami keluarga besar SDN Sedono Semin Kabupaten Gunungkidul DIY. Hari pertama masuk setelah masa libur Idul Fitri 1444H/2023M bagi anak-anak.

Hari pertama masuk sekolah ini berbarengan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang diperingati setiap tanggal 02 Mei. Kegiatan diawali dengan Upacara Peringatan HARDIKNAS. Bertindak sebagai Pembina Upacara adalah Kepala Sekolah Bapak Damiri, S.Pd.SD.

Dalam amanatnya beliau menyampaikan sejarah singkat profil Bapak Pendidikan Nasional yakni Ki Hajar Dewantara. Hardiknas diperingati setiap tanggal 02 Mei mengancu pada hari lahirnya Ki Hajar Dewantara yaitu tanggal 02 Mei 1889.

Ki Hajar Dewantara mendapat gelar Bapak Pendidikan Nasional karena kiprahnya sebagai pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau yang mengawali mendirikan pendidikan formal di Indonesia.

Lembaga pendidikan yang didirikan pada saat itu adalah perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Lembaga pendidikan ini memberi kesempatan kepada kaum pribumi memperoleh akses pendidikan sebagaimana halnya kaum priyayi maupun orang-orang Belanda.

Dari Ki Hajar Dewantara kita mengenal slogan Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.

Ing Ngarso Sung Tuladha artinya, dalam suatu komunitas, kelompok, jika kita berada dalam posisi di depan. Sebagai ketua kelompok, pengurus kelompok. Maka kita harus mampu menjadi suri tauladan atau memberi contoh yang baik bagi anggota kelompok. Dimanapun kelak kita berada, jika berada di depan harus mampu menampilkan contoh yang baik. Jaga perilaku, jaga akhlak.

Ing Madyo Mangun Karso artinya, jika kita nanti berada di tengah, berposisi sebagai anggota komunitas atau kelompok, maka kita harus mampu membangkitkan semangat. Bisa memberi penguatan terhadap seluruh anggota komunitas.

Tut Wuri Handayani artinya. Jika kita kelak dalam posisi di belakang, maka harus bisa memberi dorongan moral dan semangat dari belakang. Tidak boleh melemahkan agenda program kerja yang telah ditentukan.

Tut Wuri Handayani ini menjadi slogannya Kementerian Pendidikan Indonesia sampai sekarang.

Hari Pendidikan Nasional adalah harinya insan pendidikan di Indonesia. Semoga di hari ini dan hari-hari selanjutnya kita mampu menjadi pribadi yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu pribadi yang mampu mengimplementasikan ketiga slogan mulia di atas, Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.

Bagaimana pandangan Islam tentang ketiga slogan tersebut?

Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin. Artinya ajarannya adalah menebar kebaikan bagi seluruh alam. Tak terkecuali dalam hal keteladanan. Rasulullah saw sebagai pembawa risalah Islam, penutup para Nabi adalah suri tauladan terbaik bagi umat manusia atau dikenal dengan istilah uswatun hasanah.

Beliau adalah manusia paripurna yang memiliki akhlak mulia yang patut dicontoh. Diantara sifat-sifat utama itu adalah sidiq (Jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas dan bijaksana) dan Tabligh (Menyampaikan dakwah dengan benar, tidak ada yag disembunyikan).

Masih banyak lagi yang diteladankan oleh Rasulullah Saw diantaranya adalah Tawadhu (rendah hati), penyayang kepada sesama, pemaaf, lemah lembut, dermawan dan masih banyak lagi sifat-sifat mulia.

Islam menghendaki umatnya mengikuti Rasulullah saw dalam perilaku. Sehingga kita diharapkan mampu menjadi pribadi yang bisa menjadi teladan bagi yang lain.

Ing Ngarso Sung Tuladha bermakna Uswatun Hasanah.

Islam juga mengajarkan agar kita menjadi pribadi yang senantiasa menguatkan satu sama lain. Missal dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 2: "Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan"

Ayat ini menyiratkan pesan untuk saling menguatkan antar sesama dalam kebaikan. Saling memberi semangat. Menjadi pribadi yang menginspirasi. Tidak diperkenankan saling bermusuhan dan berkonspirasi dalam kejahatan untuk menjatuhkan sesama.

Rasulullah saw bersabda: "Sungguh mukmin yang satu dengan mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain (HR. Bukhari).

Analogi yang disampaikan oleh Rasulullah saw tersebut sungguh tepat. Bahwa sebuah bangunan terdiri dari aneka ragam bahan yang berbeda jenis, karakter dan sifatnya. Tapi perbedaan tersebut jika dipadukan, dicampur ternyata bisa saling menguatkan dan kokoh.

Begitupun kita, yang hidup di tengah-tengah keragaman hendaknya keragaman itu tidak membuat kita berpecah belah, tapi justru dengan keragaman itu bisa saling menguatkan. Itulah ukhuwah islamiyah. Yakni gambaran tentang hubungan persaudaraan diantara sesama, dimana satu sama lain berada dalam satu ikatan yang kokoh. Saling menguatkan saling memberi dukungan dan semangat.

Ing Madyo Mangun Karso bermakna Ukhuwah Islamiyah

Jika Ki Hajar Dewantara mengajarkan Tut Wuri Handayani, Dibelakang harus bisa memberi dorongan. Mendrong orang lain menuju kebaikan.

Dalam al-Qur'an, Allah swt berfirman: "Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui" (QS. al-Alaq:5).

Ayat ini menyiratkan bahwa agar kita saling berbagi ilmu dan mendorong untuk menuntut ilmu. Menodorong sesama untuk berilmu.

Dalam konteks seorang guru, maka guru harus mampu memberi dorongan kepada peserta didik. Memberi dukungan moral kepada peerta didik agar menjadi lebih baik di masa depan.

Tut Wuri bisa dimaknai dengan memberi kebebasan kepada peserta didik untuk berbuat sesuai dengan kehendaknya, sepanjang hal itu sesuai dengan norma-norma yang ada dan tidak merugikan orang lain. Jika didapati peserta didik menyimpang dari norma yang ada, maka tugas guru adalah Handayani, yaitu menjaga, mengingatkan.

Konsep ini sejalan dengan firman Allah swt: "Tidak ada paksaan dalam beragama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat"

Tugas guru adalah Tut Wuri Handayani, yaitu berada di belakang untuk memberi kebebasan kepada peserta didik agar tumbuh sesuai dengan kodratnya, sesuai dengan hasrat dan kehendaknya.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun