Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikhlas Beramal

6 September 2022   21:33 Diperbarui: 6 September 2022   21:40 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: olahan canva.com

Dalam syarah hadits arbain karangan Imam Nawawi dijelaskan bahwa niat merupakan barometer untuk meluruskan amal perbuatan. Artinya, apabila niat suatu amal adalah baik, maka amalan itu akan baik pula. Namun sebaliknya, bila niatnya rusak atau tidak baik, maka amalan pun akan rusak dan tidak baik.

Kemudian dijelaskan bahwa amalan yang disertai dengan niat yang baik diklasifikasikan atau dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

  • Amalan para budak
  • Amalan para pedagang
  • Amalan orang-orang yang merdeka

Amalan para budak adalah amalan yang dilandasi karena takut kepada Allah Swt. Jadi, dalam kategori amalan para budak ini adalah manakala seseorang melakukan suatu amal atau ibadah karena rasa takut akan murka Allah Swt.

Yang dimaksud dengan amalan para pedagang adalah amal ibadah yang dilakukan oleh seseorang yang landasan utamanya adalah mengharap pahala dari Allah Swt. Seseorang yang beribadah untuk mencari surga-Nya Allah Swt.

Sementara, yang dimaksud ibadahnya orang-orang yang merdeka adalah ibadah yang dilaksanakan karena malu kepada Allah Swt dan dalam rangka menunaikan kewajiban beribadah dan bersyukur kepada Allah Swt. Selain itu, amalan yang dilakukan pun seraya disadari bahwa dirinya belum menunaikan ibadah itu secara sempurna. Hatinya pun masih merasa takut dan khawatir apakah amalan yang ia lakukan diterima atau tidak oleh Allah Swt.

Amalan kategori yang ketiga tersebut diisyaratkan oleh Rasulullah Saw. manakala beliau melaksanakan qiyamu lail, dimana setiap malam beliau melaksanakan qiyamul lail itu bahkan sampai bengkak telapak kaki beliau karena lamanya beliau berdiri menegakkan qiyamul lail itu. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw ini dipertanyakan oleh istri beliau Aisiyah r.a. "Ya Rasulullah, mengapa engkau memberatkan diri seperti ini? Sedangkan Allah Swt  mengampuni dosa-dosa engkau yang telah lalu maupun yang akan datang?" Rasulullah Saw menjawab: "Tidakkah selayaknya aku menjadi hamba yang bersyukur?"

Ibadah hendaknya didasari atas rasa cinta dan syukur kepada Allah Swt. Bukan sekedar mengharap pahala dan bukan karena semata takut siksa neraka. Rabiah Adawiyah, seorang sufi yang terkenal dengan kesucian dan kecintannya kepada Allah Swt pernah bersyair:

 Ya Illahi!

Jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka,

maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun