Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalan Lurus

20 Januari 2022   05:33 Diperbarui: 20 Januari 2022   05:45 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jalan lurus. Sumber gambar: olahan dari canva.com

Jalan lurus adalah jalan terdekat antara dua titik. Dalam doa-doa kita, kita sering meminta agar ditunjukkan kepada jalan yang lurus, atau dalam istilah agama disebut dengan shirathal mustaqim. Misal yang ada dalam surat al-Fatihah ayat 6: "ihdinas shirathal mustaqim" "Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus". Menurut Hamka, dua titik yang ada pada shirathal mustaqim itu adalah titik kita sebagai hamba dan titik Allah Swt sebagai Illah. Dalam tafsir al-Azhar dikemukakan beberapa pendapat ulama mengenai makna "shirathal mustaqim" ini.

  • Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, agama Allah Swt yang benar. Memohon ditunjukan jalan yang lurus berarti mohon ditunjukkan pada agama yang benar.
  • Menurut Jabir bin Abdullah, yang dimaksud shirathal mustaqim adalah agama Islam.
  • Ibnu Mas'ud mengartikan shirathal mustaqim sebagai kitab Allah Swt, yaitu al-Qur'an.

Rasulullah Saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Mardawih dan al-Baihaqi menggambarkan yang dimaksud dengan shirathal mustaqim ini dengan sebuah perumpamaan. Bahwa shirathal mustaqim itu adalah sebuah jalan yang di kedua sisinya terdapat dinding menjulang tinggi. Pada dinding-dinding itu terdapat pintu-pintu dan jendela-jendela terbuka yang bertirai.

Di penghujung jalan serta di atas jalan itu ada seseorang yang menyeru kepada manusia dengan seruan: "wahai sekalian manusia, masuklah kedalam shirat ini, dan janganlah kalian berpecah-belah". Apabila ada manusia yang sedang berada di jalan itu kemudian membuka salah satu pintu yang ada di kedua sisi dinding, maka sang penyeru akan berkata: "celaka! Janganlah kalian membuka pintu itu, kalau kamu membukanya maka kamu akan terperosok jatuh ke dalamnya".

Dalam riwayat itu dikemukakan bahwa Rasulullah Saw kemudian memberi penjelasan bahwa yang dimaksud shirat itu adalah Islam. Dinding yang berada di kedua sisi jalan itu adalah semua batas-batas yang ditentukan oleh Allah Swt. Pintu dan jendela yang terbuka adalah segala hal yang diharamkan oleh Allah Swt. Sang penyeru yang ada di ujung jalan adalah Kitab Allah Swt (al-Qur'an). Dan penyeru yang berada di atas jalan adalah pemberi nasihat (wa'izah) dari Allah Swt yang terdapat pada diri setiap muslim.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa shirathal mustaqim adalah agama yang benar yakni Islam. Agar benar dalam berislam, maka diturunkanlah petunjuk yakni kitabullah al-Qur'an. Cara mengejawantahkan pesan al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari telah dicontohkan oleh utusan-Nya yakni Rasulullah Muhammad Saw yang kita kenal dengan sunah nabi. Barangsiapa berpegang teguh pada keduanya, yakni al-Qur'an dan sunah Rasulullah Saw maka ia telah berada di jalan yang benar, jalan yang lurus hingga terselamat dunia dan akhirat.

Ya Allah....

Tunjukilah kami jalan lurus-Mu, yaitu jalan yang Engkau ridhai

Anugerahilah kami kecerdasan 'tuk mampu bedakan benar dan salah

Karuniai kami taufiq-Mu agar langkah kami sesuai dengan kehendak-Mu

Limpahkanlah Ilham-Mu 'tuk dapat atasi segala kesulitan yang menghimpit

Dan terimalah segala amal upaya kami agar terselamat dari segala marabahaya fitnah dunia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun