Anda pasti tahu bahwa hampir di setiap negara memiliki kawasan China Townnya masing-masing, hal ini disebabkan penduduk Tiongkok yang merupakan terbanyak ke 1 di dunia. Maka tidak heran akan selalu ada warga Tiongkok yang merantau dan menetap di negara-negara tertentu. Namun demikian, Tahukah Anda bahwa sebenarnya China Town tertua itu ada di mana sih? Jawabannya ada di Filipina. Berikut ini pengalaman saya jalan-jalan ke China Town Filipina,
Kawasan China Town yang ada di Filipina dibangun pada tahun 1594 yang berada di sebuah wilayah bernama Binondo. Saya pribadi berangkat dari tempat hostel yang saya tempati di kawasan Pasay. Untuk mengefektifkan waktu, saya memutuskan untuk menggunakan transportasi Umum bernama LRT, sebab jaraknya sangat dekat, tinggal jalan ke depan saja dari hostel. Stasiun yang saya tumpangi bernama stasiun Edsa dengan tiket yang saya beli secara on the spot. Jangan heran jika selama di stasiun posisinya akan antre ampe mengurai dan menjalar ke bawah saking penuhnya, ditambah dengan adanya pemeriksaan tas yan cukup ketat oleh petugas, hal ini sudah biasa, jadi tidak perlu gugup.
Adapun stasiun yang dekat dengan china town tersebut namanya yaitu stasiun LRT Doroteo Jose, nah dari tempat tersebut saya cukup berjalan kaki menuju tempat tujuan selama 5-10 menitan aja. Tidak ada petunjuk jelas, namun saya bisa menanyakan langsung ke warga sekitar stasiun tentang kemana arah china town selanjutnya saya gunakan google map sebagai pelengkap. Sesampainya di China Town, ternyata pintu masuknya ada di beberapa sudut kawasan, namun begitu, pintu utama yang paling sentral ditandai dengan benteng besar yang menandakan ungkapan "Selamat Datang"yang di depannya terdapat jembatan sungai yan cukup besar.Â
Dari penampakan bentengnya cukup menarik, aura china mulai terasa, ornamennya dipadu dengan sentuhan Filipina yang mengisyaratkan bahwa antara China dan Filipina memiliki ikatan erat. Setelah saya masuk ke benteng tersebut, saya benar-benar merasakan vibe yang sangat tua sekali, hal itu dikarenakan suasananya yang mendukung akan hal itu, desain jalannya, hiasan-hiasan Tiongkok yang dipilih, situasi cat bangunan yang terlihat kusam, serta banyaknya kabel-kabel tiang listrik yang saling merambat begitu ekstrem sehingga semakin memperjelas aura tuanya. Di sekitar sana, saya memutuskan untuk makan pagi di Mcd, luar biaisanya para penghuninya pun banyak dikunjungi orang tiongkok termasuk beberapa pegawainya. Namun untuk suasana tempat restorannya cukup keren dan estetik, cocok banget untuk sekedar bersantai.
Setelah makan, saya memutuskan mengunjungi gereja Binondo yang sangat terkenal, bukan hanya gerejanya yang sudah tua, akan tetapi memiliki banyak nilai sejarah, masa lalu kelam saat dulu warga China Katolik mendapatkan penjajahan yang cukup ekstreme. Saya pun masuk ke dalamnya, cukup hikmat, serta melakukan foto-foto di depan gerejanya yang cukup luas (semacam alun-alun). Tentunya hal itu saya lakukan secara gratis. Tak lupa di sekitar China Town juga saya mengunjungi pusat perbelanjaan dan oleh-oleh seperti lucky chinatown mall dan divisoria mall. Ke dua mall tersebut memiliki latar yan berbeda-beda, lucky chinatown merupakan mall megah khas tiongkok yang sangat modern, sementara Divisoria mall semacam pusat grosir untuk membeli oleh-oleh khas Filipina dengan bangunan dan nuansa sedikit tua.
Ada banyak sekali tempat-tempat unik di sekitar sana, anda juga bisa mencoba pasar yang berada dekat dengan stasiun doroteo jose untuk mengenal lebih dalam budaya Filipina. Seharian di tempat-tempat tersebut cukup mengasyikan dan membuat seru, apalagi saya sampai malam sambil berjalan-jalan mengitari kawasannya. Makannya sangat direkomendasikan dilakukan dengan jalan kaki untuk menghasilkan pengalaman budaya yang lebih nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI