Mohon tunggu...
Asep Ikhwan
Asep Ikhwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat sosial enterpreneur yang mengelola yayasan pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin Yang tegak di puncak bukit Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, Yang tumbuh di tepi danau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lateral Thinking dalam Kepemimpinan di Sekolah

2 November 2022   23:00 Diperbarui: 2 November 2022   23:12 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cara berfikir manusia dibedakan menjadi dua 1. Linier thinking 2.Lateral thinking . Linear thinking adalah cara berfikir yang lurus, lebih urut atau sistematis,prosedural dan tidak bisa diubah. Sedangkan Lateral thinking adalah cara berfikir menyamping atau lebih sporadis zigzag, melompat-lompat dan tidak beraturan.

Dunia pendidikan lebih menitikberatkan kepada cara berfikir linier, sederhananya seorang guru mata pelajaran matematika akan disebut linier apabila berasal dari lulusan s1 pendidikan matemartika. Jam masuk pelajaran adalah 7.10 maka semua wajib masuk pada jam tersebut. Semua ada panduannya dengan aturan yang baku dan sistematis. Itulah linier thinking.

Apakah lateral thinking relevan kita gunakan di dunia pendidikan?

Jawabannya adalah tergantung gaya kepemimpinan dari kepala sekolah di lembaga pendidikan tersebut. Misalnya , dalam hal  semua sekolah mewajibkan siswanya menggunakan seragam sekolah (linier), tetapi di negara paman sam  sekolah membebaskan siswanya tidak menggunakan seragam (lateral). Ketika semua sekolah di Indonesia masih memberikan PRT kepada siswa, coba berfikir lateral agar siswa tidak lagi diberikan PR seperti yang terjadi di negara dengan sistem pendidikan no 1 didunia yaitu Finlandia. 

Di era industri 4.0 ini dimana semua aspek selalu berhubungan dengan dunia teknologi informasi, dibutuhkan kecerdasan dari seorang pimpinan sekolah agar bisa membawa lembaga pendidikannya lebih kompetitif dan adaftif dengan berbagai perubahan kedepan. 

Kepemimpinan disekolah akan lebih cepat maju dan berkembang apabila dalam proses sehari-hari memecahkan berbagai permasalahan melalui pendekatan lateral thinking. Misalnya disekolah selalu terjadi guru yang kesiangan atau tidak masuk karena kepentingan yang sebenarnya bisa dinantikan. Biasanya kepala sekolah akan memberikan sanksi indisipliner dengan berbagai metode kalau kita menggunakan linier thinking. Kita akan ubah polanya menjadi sebaliknya yaitu guru-guru yang datang sebelum waktunya atau tepat waktu dan tidak pernah absen kita berikan penghargaan atau reward, maka kemungkinan guru-guru yang tidak datang tepat waktu akan berkurang jumlahnya.

Kepala sekolah di era industri 4.0 harus mencoba berbagai inovasi cara berfikir seperti lateral thinking yang banyak digunakan di industri kreatif. Menarik sekali untuk diteliti dan dikaji cara berfikir ini. Sehingga apapun permasalahannya bisa kita pecahkan dengan pendekatan yang menyamping tidak linier atau garis lurus .

Ada kelebihan dan kekurangannya dalam hal pola fikir lateral ini, karena cendrung ingin mencoba hal- hal baru, cepat bosan atau jenuh tetapi akan sangat diperlukan agar dapat memecahkan masalah secara cepat,tepat dan akurat.

 Semoga bermanfaat. Salam kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun