Mohon tunggu...
ASEP FITRIANA
ASEP FITRIANA Mohon Tunggu... -

Let's read and write again. E-mail: asepfitriana76@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

"Imharutalis"

1 Mei 2014   17:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasution pernah meneliti bahwa ayat-ayat bertema sosial lebih banyak diketemukan dalam literatur klasik kuno timur tengah. Dan silaturahmi, umumnya seringkali difahami sebagai langkah untuk menghubungkan nilai-nilai persaudaraan. Nilai-nilai persaudaraan yang dibumbui dengan hasrat kasih sayang yang sudah tertanam semenjak dini, bahkan semenjak dalam kandungan,kasih sayang sudah semestinya selalu dirawat, ditanam, dipupuk, hingga dituai hasilnya untuk keberlangsungan hidup antar generasi. Seperti halnya sebuah tanaman, silaturahmi semakin tumbuh, meluas, dan mengakar. Dia senantiasa menyentuh ruang kesadaran antar individu, kelompok, hingga dinamika lubuk hati yang terus-menerus tidak stagnan. Ia dinamis, adaptif, dan selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan alam atau seringkali disebut ilustrasi fenomena sosial dan ilustrasi fenomena alam.

Sunaryo, dalam tribun, menyebutnya ini sebagai tantangan dan sebuah bangunan visi dan misi kependidikan yang senantiasa harus terus dimanifestasikan dan dikonsolidasikan sedemikian rupa hingga membentuk konfigurasi dan bangunan nilai-nilai kebangsaan yang kuat, kokoh, dan berfikir global, sebagai sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindarkan, yang dapat jelas terdeteksi melalui bangunan informasi hingga nilai-nilai inklusif terbuka yang lalu-lalang berseliberan menyentuh tatanan nilai hingga pola pikir paradigm melalui berbagai wacana, media, hingga produk-produk lintas geografis hingga lintas ideologis. Kekayaan dan kenyataan ini seringkali dijadikan sebuah referensi dalam upaya membangun sebuah peradaban yang natural bermetamorfosa dan senantiasa beralih tangan sesuai dengan tatanan, kekuatan, kecerdasan, dan daya partisipasi ikut serta komponen bangsa tersebut dalam mengusung dan mendukung idealism yang bukan hanya terbukti hasilnya namun kaya dengan gagasan yang terukur dan daya kekuatan infrastruktur maupun human power untuk merealisasikan gagasan-gagasan tersebut.

Pemetaan dimanapun bukan semata hanya untuk mengetahui alur aktivitas, kondisi sosial, alam, hingga kebiasaan aktivitas sosial secara keseluruhan, namun pemetaan adalah sebuah keharusan dan sebuah strategi untuk membangun, menguatkan, dan menghubungkan hal-hal yang bersifat mendesak tadi hingga hal-hal yang dianggap biasa dan relative mudah untuk diselesaikan. Silaturahmi, selain didasarkan pada kesadaran diri dan kesadaran global dalam menata diri dan menata bangunan human power dan infrastruktur power, silaturahmi adalah aktivitas yang sudah biasa. Karena kebiasaannya tersebut pada umumnya system maupun non system mengangapnya sebagai hal yang wajar dan bukan hal yang dianggap aneh. Satu hal pasti, nilai-nilai silaturahmi ibarat sebuah pepatah kuno. Alon-alon, asal kelakon. Kurang lebih perlahan-lahan, namun pekerjaan apapun sebaiknya dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Atau munjung kaIndung, muja ka Bapa. Agungkanlah Ibumu, pujalah Bapakmu. Lebih jauh Raden Ajeng Kartini mempopulerkannya, habis gelap terbitlah terang. [AF]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun