Pertanyaan itu muncul saat saya mengalami kendala teknis kecil yang justru bikin panik: saldo tak muncul, aplikasi error, dan customer service yang hanya menjawab dengan template. Di saat seperti itu, saya justru rindu datang ke kantor cabang, duduk di depan teller, dan mendapat kepastian langsung dari manusia, bukan bot.
Ternyata, meski terlihat sempurna, bank digital juga punya kekurangan. Berikut beberapa yang sempat saya alami:
- CS lambat dan minim akses fisik. Saat ada masalah teknis, tidak semudah datang ke kantor cabang untuk mengadu.
- Fitur belum selengkap bank konvensional. Beberapa layanan masih terbatas, seperti pinjaman produktif atau pengajuan dokumen legal.
- Masalah keamanan digital. Meski dilengkapi OTP dan biometrik, tetap saja, serangan siber dan phising jadi ancaman (membaca: literasi).
- Ketergantungan internet, kebetulan lokasi saya minim signal karena di pelosok. Atau kejadian mati sinyal atau baterai habis? Semua akses keuangan ikut lumpuh.
Lagi-lagi, ini bukan soal teknologi tak mumpuni, tapi soal resiliensi sistem dan kesiapan pengguna.
Realitas Baru: Banyak Aplikasi, Satu Kepala Pusing
Saat ini, saya punya empat aplikasi bank digital aktif di ponsel saya. Awalnya karena ingin coba promo, lalu tergoda fitur unik masing-masing. Tapi lama-lama justru membingungkan.
- Saldo jadi terpecah-pecah,
- notifikasi bersaing berebut perhatian,
- dan sulit melacak pengeluaran secara utuh.
Lagi-lagi, memiliki banyak akun memang memudahkan, tapi juga berisiko jika tidak disertai literasi finansial yang baik.
Di Antara Tren dan Kesadaran
Pertumbuhan bank digital bukan semata karena tren, tapi juga karena perubahan pola hidup. Kerja jarak jauh, gaya hidup cashless, dan kecepatan transaksi jadi kebutuhan utama.
Namun, ada satu pertanyaan penting: Apakah masyarakat benar-benar paham cara kerja dan risikonya?
Banyak yang tergoda bunga tinggi atau promo cashback, tapi lupa membaca syarat dan ketentuan. Tak sedikit pula yang bingung saat uang "hilang" karena tak mengerti cara tarik tunai dari aplikasi digital.
Inilah tantangan literasi finansial kita di era digitalisasi perbankan.
Apakah Ini Masa Depan? Sangat Mungkin. Tapi...
Bank digital bisa jadi masa depan dompet kita. Tapi masa depan yang baik bukan hanya soal kemajuan teknologi, melainkan juga kesadaran dan kontrol.
Saya percaya bahwa bank digital akan terus berkembang. Mungkin kelak, bank fisik akan benar-benar hilang dari peta perbelanjaan modern. Tapi saat itu tiba, semoga kita bukan hanya pengguna pasif yang mengikuti arus, melainkan pengguna cerdas yang tahu kapan harus klik, dan kapan harus berhenti.