Mohon tunggu...
asep gunawan
asep gunawan Mohon Tunggu... Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

ASN adalah jalan pengabdian, Menulis adalah jalan introspeksi pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ramadan Hemat, Finansial Sehat: Bijak Mengatur Keuangan di Tengah Defisit APBN

15 Maret 2025   23:35 Diperbarui: 26 Maret 2025   19:04 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kantong Kosong (Sumber: pexels.com/id-id/foto/pria-laki-laki-lelaki-tangan-7927424

Agar keuangan keluarga tetap stabil selama bulan suci ini, beberapa strategi yang bisa untuk dicoba antara lain:

1. Membuat Anggaran Khusus Ramadan: Tentukan berapa persen dari pendapatan yang dialokasikan untuk kebutuhan ibadah, makanan, dan keperluan lainnya.

2. Memasak di Rumah: Mengurangi makan di luar atau membeli takjil berlebihan dapat membantu menghemat pengeluaran.

3. Bijak dalam Berbelanja: Belanja pakaian dan kebutuhan lainnya secukupnya, tanpa mengikuti tren konsumtif.

4. Mengurangi Penggunaan Barang Sekali Pakai: Selain lebih hemat, diet sampah ... langkah ini juga membantu mengurangi limbah selama Ramadan.

5. Menabung untuk Keperluan Lebaran: Walaupun kondisi ekonomi sekarang untuk menabung saja sulit, jika ingin mudik, menabung jauh-jauh hari dapat mencegah pengeluaran impulsif di menit-menit terakhir.

Pulang Mudik Tanpa Oleh-Oleh: Tabu atau Realistis?

Dalam kondisi ekonomi yang menantang, tidak membawa oleh-oleh bukanlah hal yang tabu, melainkan bentuk kesadaran finansial. Tradisi ini memang sudah mengakar, tetapi esensi mudik sejatinya adalah bertemu keluarga, bukan sekadar membawa buah tangan. Mengalihkan fokus dari oleh-oleh ke kebersamaan dapat menjadi langkah bijak untuk menghindari tekanan finansial yang tidak perlu.

Pulang Mudik Tanpa Oleh-Oleh: Tabu atau Realistis?

Mudik adalah tradisi yang penuh kehangatan ... momen di mana jarak dijembatani oleh rindu, dan rumah kembali terasa seperti pelukan. Namun, di balik euforia pulang kampung, ada satu 'ritual' yang kerap membuat dompet ikut menangis: oleh-oleh.

Di tengah kondisi ekonomi yang lagi ngos-ngosan dan defisit APBN yang makin melebar, mungkinkah kita mempertimbangkan mudik tanpa tentengan berlebihan? Bukankah esensi mudik adalah bertemu keluarga, bukan sibuk membagikan parcel bak juragan sembako?

Memang, membawa oleh-oleh sudah jadi budaya yang sulit dipisahkan. Tapi kalau harus memaksakan diri hingga berutang, apakah itu masih sebuah tradisi mulia atau justru beban tak kasat mata? Saatnya kita menggeser perspektif: kebersamaan jauh lebih berharga daripada sekadar buah tangan. Jadi, daripada stres mikirin oleh-oleh, lebih baik fokus menghadirkan cerita, tawa, dan waktu berkualitas bersama keluarga. Lagi pula, kalau ditanya, "Kok pulang nggak bawa oleh-oleh?" Jawab saja dengan senyum, "Oleh-olehnya aku sendiri, kan sudah lama nggak pulang."

Kesimpulan: Ramadan Hemat, Dompet Selamat!

Ramadan bukan cuma soal menahan lapar dan haus, tapi juga menahan godaan diskon dadakan dan keinginan beli ini-itu yang ujung-ujungnya bikin dompet lebih kurus dari kita. Dengan hidup lebih hemat, bukan hanya keuangan pribadi yang selamat, tapi juga kita ikut menyumbang kestabilan ekonomi nasional ... setidaknya tidak menambah daftar korban keuangan akibat lapar mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun