Kondisi yang demikian dapat menjadi bonus demografi (demographic dividend) yang sangat berharga, namun dapat juga menjadi bencana demografi atau demographic disaster bila kita tidak dapat mengelolanya dengan baik.
Guna menjawab tantangan globalisasi dan sekaligus menjawab era bonus demogarfi, maka penekanan prioritas harus lebih ditujukan untuk peningkatan mutu dan daya saing SDM menjadi bagian penting peran guru dalam melahirkan generasi emas adalah generasi yang mempunyai keterampilan abad 21 yaitu insan yang berkarakter, berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikatif, kolaboratif, dan kompetitif.
Menyiapkan generasi emas Indonesia untuk kehidupan di abad ke-21 adalah sesuatu yang rumit. Berbagai tantangan yang harus dihadapi seperti: globalisasi, teknologi, migrasi, kompetisi internasional, perubahan pasar, tantangan lingkungan dan politik internasional.Â
Dan Pendidikan harus mampu menyiapkan generasi emas untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut. Menurut Dalam menyiapkan generasi emas Indonesia yang tangguh, kreatif, inovatif, dan cerdas tentunya diperlukan guru yang berkualitas dengan "kompetensi masa depan" (Burkhardt dkk. 2003) yang dibutuhkan siswa untuk sukses dalam konteks abad 21 adalah keterampilan dan pengetahuan (keterampilan abad 21), maka peran guru dalam pendidikan sangat penting, maju mundurnya suatu negara berada ditangan guru. Menurut Kasim (2013), "kompetensi masa depan tersebut antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan jernih.
Pandemi covid19 telah memaksa dan menuntun kompetensi guru harus berpijak pada kemampuan dalam mengajarkan materi pelajaran secara efektif, menarik, menantang, menyenangkan, kreartif dan inovatif yang mampu membangkitkan gairah siswa dalam belajar.Â
Misalnya guru harus berkolaborasi dengan siswanya dengan teknologi atau dalam dunia online, misal dengan pembelajaran berbasis proyek bisa jadi merupakan salah satu metode pembelajaran yang paling efektif.Â
Melalui pengerjaan proyek dengan teman sejawatnya, para siswa dapat belajar banyak hal; mulai dari komunikasi, bekerja dalam team, berpikir kritis, dan problem solving.Â
Dalam hal lainnya, penggunaan teknologi dapat membantu dengan tersedianya berbagai sumber belajar yang bisa diakses bersama seperti website, blog, dan multimedia lain sebagai bagian dari proyek mereka. Kolaborasi dengan menggunakan teknologi memungkinkan para siswa untuk saling mengenal meski dengan siswa di luar sekolahnya sekalipun.
Sehingga tujuan besar dari perubahan kurikulum sebagus apapun tentu akan sia-sia apabila mindset guru tidak berubah. Guru adalah kreator dan tidak perlu text book terhadap kurikulum, guru tidak boleh nyaman dengan cara belajar yang satu arah.
Jelaslah, mutu pendidikan hanya bisa terjadi apabila gurunya berkualitas dengan "kompetensi masa depan", yang juga mengajar dengan hati bukan hanya logika.