Mohon tunggu...
Asep Ilham
Asep Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah cara untuk menuangkan berbagai pertanyaan dalam pikiran, lalu dijawab dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Cinta Sutan Sjahrir Dengan Wanita Belanda Bernama Maria

8 Juli 2022   09:04 Diperbarui: 13 Juli 2022   19:32 3304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maria Duchateau dan Sutan Sjahrir/Foto: Wikimedia.org dan pbs.twimg.com

Selama tinggal dirumah Tas, Sjahrir mulai terpikat dengan Istri Tas yaitu Maria Duchateau, Cinta Sjahrir tidak bertepuk sebelah tangan, sebab Maria pun memiliki rasa yang sama kepada Sjahrir, maka tak lama Sjahrir pun menjalin asmara dengan Maria yang saat itu masih menjadi istri temannya sendiri yaitu Salomon Tas.

Hal itu bisa terjadi karena saat itu hubungan antar Maria dan Tas sedang tidak baik-baik saja, disebabkan karena Tas terlalu sibuk dengan aktivitas politiknya, sehingga ia kurang perhatian terhadap Maria dan anak-anaknya.

Tas sebenarnya tau bahwa Sjahrir menyukai istrinya, namun Tas membiarkan itu dan akhirnya ia pun merelakan istrinya untuk menjalin hubungan dengan Sjahrir, dan Maria pun membiarkan Tas yang saat itu juga sedang menjalin hubungan dengan temannya yaitu Judith van Wamel.

Sjahrir dan Maria memiliki panggilan sayang masing-masing, seperti Sjahrir memanggil Maria dengan sebutan Mieske dan Maria memanggil Sjahrir dengan sebutan Sibi.

Sjahrir dan Maria semakin serius dalam menjalin hubunganya. Namun, pada akhir tahun 1931, Sjahrir harus kembali pulang ke Hindia Belanda karena harus menggantikan Hatta memimpin PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) sebab Hatta saat itu diproyeksikan untuk memimpin PNI, karena Hatta belum selesai menyelesaikan studinya. Hatta lalu memerintahkan adik tingkatnya yaitu Sjahrir untuk pulang sementara ke Hindia Belanda untuk menggantikannya memimpin PNI dan berjanji akan pulang setelah Studinya selesai, dan setelah itu Sjahrir bisa kembali ke Belanda untuk melanjutkan kuliahnya kembali.

Sjahrir mengajak Mieske untuk bersamanya pergi ke Hindia Belanda, disana Mieske bisa membantu kaum perempuan di bidang pergerakan. Maria Duchateau Sendiri merupakan wanita berpendidikan keturunan Belanda-Perancis yang memiliki paham sosialis yang mana Maria sebelumnya selalu membantu Suaminya Salomon Tas dalam pergerakan politiknya.

Sjahrir berencana menikahi Maria di Hindia Belanda, namun Maria tak bisa ikut saat itu, karena Maria harus mengurus perceraiannya terlebih dahulu dengan Salomon Tas.

Desember 1931 Sjahrir tiba di Batavia, dan tak lama 4 bulan setelahnya yaitu pada April 1932, Maria menyusul Sjahrir bersama anaknya pergi ke Hindia Belanda, dan berlabuh di Medan. saat itu Sjahrir yang sedang berada di Batavia langsung menemui Maria yang berada di Medan dan akhirnya mereka pun bertemu di Medan.

Di Medan Sjahrir dan Maria memutuskan menikah di salah satu Masjid disana pada 10 april 1932. Pernikahan mereka saat itu merupakan pernikahan yang dianggap tak biasa, sebab jarang sekali seorang pribumi menikahi perempuan Belanda atau Eropa, dan saat itu juga ada anggapan bahwa menikahi ras kulit putih dapat dianggap sebuah provokasi, karena hal tersebut juga lantas pernikahan mereka pun sering mendapat gunjingan. Ditambah rasisme saat itu sangatlah kuat.

Saat di Medan Maria gemar memakai kebaya, sebagaimana yang digambarkan Frances Gouda dalam tulisannya Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda 1900-1942 “Berjalan-jalan di kota Medan, berkain sarung dan kebaya, bergandengan tangan dengan suaminya yang orang Indonesia."

Karena Maria yang berpenampilan berbeda dengan wanita eropa pada umumnya saat itu, ia pun dicurigai oleh polisi setempat karena kecurigaan tersebut, polisi menyelidiki dokumen-dokumen milik Maria, setelah diselidiki ternyata Maria masih berstatus istri Salomon Tas, jadi Maria dan Tas sebenarnya belum resmi bercerai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun