Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan pahala puasa. Namun, di tengah khidmatnya bulan suci, istilah "mokel" kembali menjadi perbincangan hangat.
Apa itu Mokel?
Mokel adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti membatalkan puasa sebelum waktunya, baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Dalam konteks Ramadhan, mokel merujuk pada tindakan seseorang yang makan atau minum di siang hari meskipun ia tidak memiliki alasan syar’i seperti sakit atau bepergian.Â
Mokel dan Media Sosial
Di era digital, istilah mokel menjadi semakin viral di media sosial. Banyak konten kreator membuat video tentang orang-orang yang mokel, baik dalam bentuk parodi, edukasi, atau sekadar konten hiburan. Tak sedikit pula warganet yang memberikan komentar beragam—ada yang menertawakan, ada yang menyayangkan, dan ada pula yang mengingatkan akan pentingnya menjaga ibadah puasa.Â
Mokel: Sekadar Candaan atau Krisis Spiritual?
Bagi sebagian orang, mokel hanyalah istilah candaan untuk mereka yang "terpaksa" batal puasa. Namun, bagi yang memahami esensi puasa, mokel bisa menjadi cerminan dari kurangnya kesadaran spiritual. Ramadhan adalah momen untuk melatih kesabaran dan ketakwaan, bukan sekadar menahan lapar dan dahaga. Dalam Islam, membatalkan puasa tanpa alasan yang sah bisa berdampak pada konsekuensi moral dan spiritual. Maka, alih-alih menjadikan mokel sebagai bahan candaan, lebih baik kita saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah dengan baik. Â
Ramadhan: Saatnya Memperbaiki Diri
Bulan Ramadhan adalah momen refleksi diri. Bukan hanya soal menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga hati, lisan, dan perilaku. Jika ada yang tergoda untuk mokel, mungkin ini saatnya merenung: apakah kita benar-benar memahami makna puasa? Â
Sejatinya, Ramadhan bukan hanya ritual tahunan, tetapi juga perjalanan spiritual menuju pribadi yang lebih baik. Maka, mari manfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya, menjauhi mokel, dan menjalankan ibadah dengan penuh kesungguhan. Â
 Ramadhan bukan sekadar menahan lapar, tapi juga menahan diri dari segala godaan. Semoga kita bisa menjalaninya dengan penuh kesadaran dan ketakwaan.Â