Mohon tunggu...
Arzam PerdanaLubis
Arzam PerdanaLubis Mohon Tunggu... Mahasiswa

Nama saya adalah Arzam Perdana Lubis. Saya merupakan salah satu mahasiswa dari Universitas Binaniaga Indonesia dari fakultas Ekonomi dan Bisnis Prodi Akuntansi. Umur saya adalah 18 tahun. Hobby saya yaitu bermain game dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Kisah Perjuangan Mie Ayam Pada Satu Titik Lokasi

14 Oktober 2025   13:40 Diperbarui: 16 Oktober 2025   08:13 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Perjuangan Usaha Mie Ayam untuk Memenuhi Kebutuhan Hidupnya Sehari-hari

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2024 mencapai lebih dari 64 juta unit usaha, berkontribusi lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Di tingkat wilayah, di Kabupaten Bogor terdapat sekitar 34.636 UMKM yang tersebar di berbagai sektor usaha, sementara di Kota Bogor tercatat sekitar 32.632 UMKM menurut data tahun 2021. Di tengah besarnya jumlah tersebut, Kota Bogor menjadi salah satu wilayah yang cukup aktif dengan berbagai kegiatan UMKM, mulai dari usaha kuliner, perdagangan, hingga jasa. Salah satu bentuk usaha kuliner yang tidak pernah kehilangan peminat adalah mie ayam ibu Siti, makanan khas yang telah melekat di hati masyarakat karena harganya terjangkau, rasanya akrab di lidah, dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Pedagang mie ayam, meski tampak sederhana, memiliki kontribusi penting dalam menjaga roda perekonomian di tingkat lokal. Mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, tetapi juga membuka peluang kerja, memberikan pengalaman rasa khas daerah, serta memperkaya keberagaman kuliner Indonesia. Dalam konteks UMKM, kisah perjuangan pedagang mie ayam menjadi bukti nyata bagaimana usaha kecil dapat bertahan ditengah berbagai tantangan, baik dari sisi persaingan, perubahan selera konsumen, maupun kondisi ekonomi global yang fluktuatif.

Profil Pelaku Usaha

Pelaku usaha ini adalah seorang perempuan yang berusia 43 tahun tinggal di daerah Kota Bogor. Beliau dikenal sebagai pedagang mie ayam yang setiap hari membuka lapak dilokasi tetap, tepatnya di parkiran Taman Heulang. Kec. Tanah Sareal, Kota Bogor dekat dengan SMK Negeri 1 Bogor. Dengan gerobak yang beliau dorong dari rumah kontrakan menuju lokasi penjualan, usaha ini kini menjadi sumber penghasilan utama untuk mencukupi kebutuhan keluarga, termasuk biaya pendidikan anak-anaknya.

Awal Memulai Usaha

Usaha mie ayam ini dimulai pada tahun 2015 dengan modal awal Rp. 5 juta yang digunakan untuk membeli gerobak, perlengkapan memasak, dan bahan baku pertamanya. Lokasi berjualan dipilih pada area strategis, yaitu dekat dengan sekolah dan orang yang sedang berkunjung ke Taman Heulang untuk liburan. Sejak awal, beliau memutuskan untuk tidak berkeliling, tetapi menetap pada di satu titik dengan membawa gerobaknya setiap hari dari pagi hingga sore. Strategi ini dipilih agar pelanggan mudah menemukan tempat beliau berjualan dan bisa membangun loyalitas dari para pembeli tetap.

Lamanya Usaha Berlangsung

Hingga tahun 2025, usaha Mie ayam ini sudah berjalan selama sepuluh tahun. Setiap hari, gerobak khas dengan warna biru selalu terparkir di lokasi yang sama. Selama hampir satu dekade, beliau telah menjalin hubungan baik dengan pelanggan dari berbagai kalangan, mulai dari siswa sekolah, tukang parkir, dan orang lain di sekitarnya. Konsistensi rasa yang dijaga membuat para pelanggan merasa sangat puas dan kembali untuk membeli mie ayamnya. Meskipun usaha ini tidak berkembang dalam bentuk cabang atau restoran besar, keberlangsungan hingga hampir sepuluh tahun adalah pencapaian yang membanggakan.

Kendala yang akan dihadapi

Dalam menjalin usaha dengan sistem gerobak menetap, berbagai macam kendala tentu akan dialami yaitu pada saat cuaca yang tidak menentu. Contohnya seperti saat hujan deras, pelanggan akan berkurang drastis dikarenakan lokasi berjualan tersebut semi-terbuka. Selain itu, banyak pedagang mie ayam lain yang berjualan di lokasi sekitar dengan harga dan rasa yang berbagai variasi. Adanya keterbatasan tempat antara gerobak dan kursi yang seadanya membuat pelanggan sering harus menunggu giliran makan. Selanjutnya, tenaga fisik yang setiap hari harus mendorong gerobak dari rumah ke lokasi yang cukup melelahkan, ditambah harga bahan baku yang fluktuatif sehingga naik turunnya harga ayam, minyak, dan tepung untuk membuat biaya produksi menjadi tidak stabil.

Solusi yang harus diterapkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun