Mohon tunggu...
Aryo Darpito
Aryo Darpito Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Haloo! Aku Aryo. Penulis yang suka jalan-jalan sambil foto-foto. Sembari nulis, sembari motret.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekayaan yang Menguatkan

22 Februari 2024   10:25 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pengantar

   Kalau mendengar kata beda, terbesit dalam pikiran saya adalah padanan kata dari beda, seperti ragam, majemuk, dan juga kaya. Namun, tak sedikit orang juga mengaitkan kata beda dengan kata konflik, layaknya air dengan minyak yang ingin bersatu, selalu tidak bisa. Selalu berjalan sendiri-sendiri. Menganggap keberbedaan sebagai salah satu faktor utama ketidakbersatuan masyarakat. 

   Artikel oleh Pater Leonardus Samosir OSC yang berjudul MOZAIK YANG "HARUS" SERASI: KONFLIK AGAMA  dalam buku "Multikulturalisme, Kekayaan dan Tantangannya di Indonesia," setidaknya ada dua pertanyaan reflektif sebagai bahasan bagaimana mozaik yang sedemikian rupa "harus" serasi demi berlangsungnya kehidupan bersama.

   Pertama, sejauh mana instansi "supra" menjaga unitas dalam diversitas.

   Kedua, apa peran seharusnya manusia dalam hidup bernegara dan berbangsa, bahkan dalam hidup mendunia.

Keberbedaan: Jurang VS Jembatan

   Ego individual maupun komunal selalu mempengaruhi sistem dan pada akhirnya selalu berujung pada konflik yang bisa memutus tali persaudaraan, bahkan lebih buruknya adalah memutus harapan hidup seseorang. 

Menjadi perhatian bersama bahwa perbedaan merupakan kerja bersama. Bukan siapa pemimpinnya, kabinetnya, atau lain pihak yang harus bertanggung jawab atas realitas pluralitas ini, namun semua masyarakat dalam naungan bangsa Indonesia turut andil dalam menjaga realitas hidup bersama. Hal ini merupakan proses panjang yang tak pernah berhenti (long lifetime process). 

Ragam aspirasi, ragam persepsi. Dengan menyadari pluralitas merupakan bagian dari kehidupan yang harus dihidupkan terus menerus, kebutuhan akan 

pengakuan (the need of recognition) terhadap kemajemukan budaya maupun agama, maka keberbedaan dapat menjadi sebuah 'jembatan' yang menyatukan sekaligus titik tengah dalam menjalin keberlangsungan hidup beragama dan berbudaya di masyarakat pluralis.

Realitas yang terus dihidupi: Cara-cara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun