Mohon tunggu...
Arya Pratama
Arya Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - grader

Enjoy your life and enjoy every moment

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Sedikit Tentang Surabaya

17 Maret 2023   16:04 Diperbarui: 18 Maret 2023   11:35 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya, siapa yang tak kenal kota satu ini, kota berjuluk pahlawan ini menyimpan nilai historis sangat tinggi di era kolomialisme. Kota yang terletak paling timur di Pulau Jawa ini memiliki pengaruh terhadap sistem ekonomi negara dan pemerintah. Berada di antara selat madura dan langsung menghadap ke laut Jawa, menjadikan Surabaya sebagai arus perdagangan ekonomi yang sangat pesat. Pelabuhan tanjung perak sebagai pintu gerbang pulau Jawa bagian timur, sudah ada jauh sejak zaman kerajaan, dulu bernama ujung galuh di era Majapahit, di fungsikan sebagai pelabuhan Majapahit untuk kepentingan perdagangan, militer, dan kunjungan kerajaan.

Bisa diketahui dari masa lampau, bahwa eksistensi Surabaya dari dulu hingga sekarang masih terpancar jelas, membuktikan kota ini adalah letak yang strategis di jadikan sebagai pusat pemerintahan daerah dan menjadi salah satu pintu penghubung antara pulau seberang dengan pulau Jawa bagian timur. Kita pasti sering mendengar bahwa Surabaya berasal dari kata "Sura" yang berarti hiu dan "Baya" yang berarti buaya, tidak salah, cerita tersebut ada kaitannya dengan perang antara Raden Wijaya dengan pasukan Mongol, Raden Wijaya dibantu oleh Jayengreno dan Sawunggaling dan memenangkan perang tersebut, sebagai hadiah dari kemenangan itu, Raden Wijaya memberi tempat untuk didirikan keraton yang di pimpin Jayengreno, lalu bertempurlah Jayengreno dengan Sawunggaling di dekat kali mas, Sawunggaling menguasai ilmu Sura (hiu) dan Jayengreno menguasai ilmu Baya (buaya), pertempuran itu berlangsung selama 7 hari 7 malam namun naas keduanya mati seketika. Nama Surabaya sendiri di kuhkuhkan pada abad 14 oleh penguasa Ujung Galuh, Lembu Sora, ada banyak versi mengenai asal usul nama Surabaya, pembaca bisa membaca lebih lengkapnya di wikipedia. 

Pada era kolonial, Surabaya menjadi kota Madya (Gemeente) yang meliputi Gresik, Sidoarjo, Jombang, dan Mojokerto. Di tahun 1926 resmi Surabaya dijadikan ibu kota Jawa Timur, berbicara mengenai kota ini, banyak kisah - kisah yang tercipta, salah satunya yang paling fenomenal ialah perang 10 November, ada lebih dari 20.000 tentara Indonesia yang menjadi pelaku peristiwa tersebut dan tentara Inggris yang mencapai lebih dari 10.000 siap menghadapi para pejuang republik kala itu, Surabaya tak lain halnya dengan lautan api, suara tembak menembak, kebakaran, ada dimana - mana. Surabaya merupakan jalur politik yang strategis, karena berhadapan langsung dengan laut di sisi utara, membuat Surabaya banyak dikunjungi oleh orang - orang dari berbagai daerah dan mancanegara, tak hanya itu, selain letaknya yang strategis, dari segi geografis juga mendukung untuk dijadikan sebuah ibu kota. Surabaya layaknya duplikat Jakarta, di era kolonial kota ini sangat indah, terdapat trem, bangunan arsitektur khas eropa, dan kanal - kanal layaknya di negeri Belanda sana, karena memang perancang dari kota di Hindia Belanda dulu memang orang Belanda sendiri, maka tak bisa dipungkiri bangunan serta gaya bentuknya mirip dengan di Eropa, Surabaya juga di sebut San Fransisco Van Java, namun entah penulis belum menemukan alasan mengapa Surabaya disebut seperti itu, tetapi dari tafsiran penulis, di San Fransisco terdapat jembatan panjang yang bernama Golden Gate, jika dilihat sekilas mirip dengan suasana di jembatan Suramadu, apalagi jika melihatnya pada malam hari.

Memang, Surabaya menyimpan banyak kisah menarik yang patut di perbincangkan dan tak ada kunjungnya, sekarang ini, kota tersebt sudah mulai ramai, padat akan penduduk. Semua orang dari segala penjuru, datang kesini untuk mengadu nasib, tidak jarang masih ditemukan rumah - rumah di kolong jembatan ataupun di bantaran sungai, di akibatkan orang yang memaksa merantau ke Surabaya namun belum bernasib baik. Jika ke Surabaya, kurang pas jika belum ke tunjugan, tempat itu selalu ramai dikunjungi wisatawan, tempatnya yang eksis serta terdapat beberapa bangunan era kolonial menambah kesan keindahan di tempat itu, sampai - sampai tercipta lagu "Rek Ayo Rek" karya Didi Kempot, yang bersinopsis untuk mengajak pergi ke tunjungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun