Mohon tunggu...
Aryanti Dwi Astuti Daeli
Aryanti Dwi Astuti Daeli Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis adalah caraku bercerita saat mulut tak bisa bicara.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ada Luka, Ada Tumbuh

6 Agustus 2025   19:28 Diperbarui: 6 Agustus 2025   19:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua pasti pernah terluka. Entah karena kehilangan, dikhianati, ditolak, atau bahkan karena harapan yang tidak menjadi kenyataan.

Luka memang menyakitkan. Tapi percayalah, dari setiap luka, selalu ada ruang untuk tumbuh.

Kadang kita bertanya, "Kenapa hidup nggak bisa baik-baik saja?" Kita sudah berusaha, sudah sabar, sudah jujur tapi tetap saja kecewa datang tanpa diundang.

Dan saat itu, kita mulai merasa bahwa dunia ini nggak adil. Tapi siapa sangka, justru dari situ, kita belajar paling banyak tentang arti bertahan.

Luka itu mengajari kita banyak hal. Ia memaksa kita untuk berhenti sejenak, menengok ke dalam diri, dan mengenali siapa sebenarnya kita saat semuanya tidak berjalan sesuai harapan.

Saat dunia menjauh, kita belajar mendekat pada diri sendiri. Saat semua orang pergi, kita mulai menemukan bahwa ada kekuatan yang diam-diam tumbuh dari dalam.

Kita memang nggak pernah siap untuk disakiti. Tapi tanpa disadari, luka-luka kecil yang pernah kita alami membentuk hati yang lebih kuat.

Dulu, mungkin kita mudah marah, mudah menyerah, mudah goyah. Tapi sekarang? Kita lebih tenang, kita belajar memaafkan, kita belajar melepaskan dan semua itu berawal dari rasa sakit.

Tumbuh itu nggak selalu terlihat. Kadang kita nggak sadar kalau kita sudah berubah.

Kita jadi lebih sabar menghadapi orang lain, lebih berani bilang "nggak apa-apa" meski hati sempat hancur.

Kita jadi lebih bijak memilih siapa yang pantas diberi waktu dan siapa yang lebih baik dilepas.

Mungkin kamu masih ingat luka paling besar dalam hidupmu. Luka yang pernah membuatmu menangis semalaman, membuatmu kehilangan semangat, membuatmu merasa gagal jadi manusia.

Tapi lihat dirimu sekarang, kamu masih di sini, masih melangkah. Mungkin belum sepenuhnya sembuh, tapi kamu sudah jauh lebih kuat dari versi dirimu yang dulu.

Kadang, kita berpikir bahwa luka adalah akhir dari segalanya. Padahal, justru di situlah awal mula pertumbuhan.

Seperti tanah yang harus retak agar benih bisa tumbuh, seperti langit yang harus gelap dulu sebelum fajar menyingsing, seperti hati yang harus remuk dulu, baru bisa merasakan makna utuh dari menerima.

Tidak ada luka yang sia-sia. Bahkan jika sekarang kamu belum mengerti kenapa itu harus terjadi, suatu saat nanti kamu akan berterima kasih pada masa-masa sulit itu.

Karena dari situlah kamu tumbuh jadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih peka terhadap rasa.

Kita semua sedang dalam proses menjadi versi terbaik dari diri kita. Dan proses itu nggak selalu mulus.

Terkadang, jalannya berliku, berbatu, dan menyakitkan. Tapi ingat proses tidak pernah mengkhianati hasil.

Setiap air mata yang jatuh, setiap malam yang kamu habiskan dalam diam, setiap doa yang kamu bisikkan saat tak ada yang tahu, semuanya bukan hal yang sia-sia.

Jika hari ini kamu masih memegang luka, tak apa. Jangan buru-buru sembuh, jangan paksa diri untuk terlihat kuat.

Sembuh itu butuh waktu, dan waktu terbaik akan datang saat kamu sudah siap untuk benar-benar pulih.

Kamu tidak sendiri. Banyak orang yang sedang berjuang menyembuhkan lukanya sendiri-sendiri.

Tapi satu hal yang pasti kamu sudah sangat luar biasa karena memilih bertahan. Dan dari bertahan itu, kamu sedang bertumbuh.

Jadi, kalau hari ini terasa berat, peluk dirimu sendiri dan katakan "Aku mungkin terluka, tapi aku juga sedang tumbuh."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun