Mohon tunggu...
Arya Hasa K
Arya Hasa K Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Terus belajar adalah caraku mengungkapkan betapa aku rindu kalian | Disaat kamu tidak pernah merasa bahagia, Ingatlah masih ada orang yang bahagia hanya karena ada kamu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Sayang Kampungku

24 Juli 2017   10:24 Diperbarui: 24 Juli 2017   10:40 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari dimana kegiatan kerja bakti pun telah tiba. Aku dan adikku mengenakkan kaos oblong dan celana tiga perempat untuk bekerja bakti. Saat kulihat warga yang berpartisipasi sangat banyak, aku pun menjadi semakin bersemangat. Seluruh bagian kampung menjadi target terutama selokan. Untuk selokan, kami bersama-sama mengangkat pembatas besi yang ada diselokan. Bagi yang tidak memiliki pembatas besi cukup menggunakan tongkat besi untuk merogoh kolong selokan. Ketika kami periksa, memang tidak ada sampah dalam selokan kami namun, banyak sekali daun-daun yang menyangkut di selokan tersebut. Aku dan seluruh warga lalu mengambil daun itu satu persatu dan ternyata sangat banyak. Aku dan warga pun sempat kewalahan namun hal tersebut tetap dapat kami atasi.

Setelah selesai bekerja bakti, kami dijamu makanan oleh ibu-ibu dari kampungku. Kami pun makan bersama setelah lelah melakukan kegiatan tersebut. Aku benar-benar sangat merindukan hal ini karena dulu pernah dilakukan kerja bakti seperti ini juga dan suasana kekeluargaannya sangat kental. Ketika kami semua telah selesai makan, tiba-tiba kilat dan guntur saling menyambar di kampung kami. Para warga lalu lari tunggang langgang karena mendengar hal tersebut. Angin pun mulai berhembus kencang disertai awan hitam yang mulai menyelimuti langit. Aku pun sudah sadar bahwa hujan seperti ini akan turun lagi. Ketika hujan turun, yang aku rasakan justru rasa bahagia karena selokan yang telah kami bersihkan telah lancar dan tidak menggenang.

Keesokan paginya Pak Kades datang ke rumah ku untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Beliau mengatakan bila tidak ada aku dan adikku maka kerja bakti tidak dapat terlaksana. Kemudian Pak Kades menjelaskan kepada kami bahwa daun-daun yang tersangkut di selokan berasal dari sisa-sisa pohong yang dulu ditumbangkan kemudian dibangun perumahan di kampung ini. Mendengar hal itu aku teringat kembali dengan keadaan kampung kami yang menjadi panas setelah dilakukan penumbangan pohon untuk dibangun perumahan kampung. Secara spontan, aku tiba-tiba mengusulkan kepada Pak Kades untuk melakukan penanaman pohon kembali terkait dengan keadaan kampung kami yang menjadi panas. Pak Kades pun menyetujuinya namun, perlu dilakukan perundingan dengan warga dahulu. Aku pun menyetujuinya dan segera aku membuat edaran akan diadakannya pertemuan antar warga untuk merundingkan usulan penanaman pohon kembali.

Hari dimana acara pertemuan warga pun telah tiba. Aku tidak menyangka hampir seluruh warga datang bahkan pendatang baru yang tinggal diperumahan kampung juga datang. Kami pun mulai melakukan perundingan dengan khidmat. Kemudian mulai lah timbul perdebatan mengenai lokasi yang akan digunakan untuk area penanaman kembali dan kendala dana untuk pembelian bibit. Kemudian aku pun mengusulkan untuk menggunakan lapangan sepak bola yang sudah tidak pernah terpakai lagi untuk dilakukan penanaman pohon kembali. Warga pun menyetujuinya, kemudian mengenai dana kami pun terus memikirkannya. Bahkan aku pun mengusulkan untuk melakukan penggalangan dana ke kota mengenai hal ini. Namun hal itu tidak di setujui entah karena alasan apa. Akhirnya para pendatang baru memutuskan untuk menjadi donator dalam program penanaman pohon kembali. Kami pun sangat bersyukur karena dana yang kami kumpulkan cukup banyak untuk membeli bibit pohon. Kemudian kesepakatan pun telah diambil dan perundingan berhasil dilakukan dengan baik.

Beberapa hari setelahnya bibit-bibit pohon telah sampai ke kampung kami. Kemudian kami pun mulai melakukan penanaman bibit pohon bersama seluruh warga di kampung kami. Aku sangat senang karena akhirnya rencana kami pun terwujud namun, di sisi lain aku pun juga sedih karena besok aku harus kembali ke tempat dimana aku kuliah. Selesai melakukan kegiatan tersebut, aku pun pulang dan segera menyiapkan barang-barang untuk kepergianku besok. Keesokan harinya aku pun berpamitan dengan keluargaku. Aku pun kaget karena banyak warga yang mengantar keberangkatanku terutama Pak Kades. Aku sangat bersyukur karena tinggal di kampung yang memiliki kekeluargaan yang kental dan aku sangat sayang pada warga kampungku. Aku pun berharap bibit-bibit pohon yang kami tanam akan tumbuh menjulang ke langit dan akan menjadikan suasana kampungku menjadi sejuk kembali.

-SEKIAN-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun