Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

[Catatan Tepi] Panggung Sandiwara

7 Mei 2016   15:57 Diperbarui: 7 Mei 2016   18:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - salah satu rumah di sebuah perumahan mewah (Shutterstock)Satu sore saya coba-coba masuk ke dalam satu cluster di perumahan premium yang cukup bagus di kawasan Tangerang Selatan. Pintu gerbang dibuka dan seperti layaknya perumahan yang peduli dengan keselamatan penghuninya, seorang security di depan gerbang menghampiri dan meminta kartu identitas. Sebagai tamu yang cuma mau mau lihat-lihat saja tentu permintaan itu saya penuhi. Tetapi belum sempat mengeluarkan KTP dari dompet di saku belakang, tiba tiba badan ini terpental ke depan, demikian juga istri dan anak-anak saya di belakang.

“Jeduaaaar!” Suara benturan keras dari belakang mobil.

Security sigap berlari ke belakang. Si pengemudi mobil nampak shock dan tetap pada kemudinya. Saya melihat ke belakang dan nampak bumper melesak dengan sempurna, remuk tapi tidak kena body mobil sedikit pun. Saya hampiri pengemudi yang menabrak dan mendengar security meminta dia untuk bertanggung jawab terhadap mobil saya. Security mempersilahkan kami berdua untuk menyelesaikan masalah ini bersama dan dia bersedia jadi saksi jika diperlukan.

“Beliau ini warga sini Pak, rumahnya di ujung sana. Bicara di rumah beliau saja ya Pak. Di sini pintu gerbang banyak lalu-lalang mobil!”

Akhirnya kami tiba di depan rumah si penabrak, rumah yang mentereng di luas tanah sekitar tiga ratus meter persegi bercat abu-abu berlantai dua dengan ornamen etnik yang cukup indah dan memiliki garasi kosong yang cukup untuk tiga mobil.

“Maaf, Pak, saya melamun, mohon dimaafkan saya tidak sengaja!”

“Nggak masalah, Pak, ini cuma bemper. Jadi kalaupun harus mengganti nggak terlalu banyak biayanya.”

“Wah kalau bisa nggak usah ganti, Pak, dimaaafkan saja, saya nggak sengaja!” pinta dia.

“Ya kita kan bisa musyawarah asal Bapak ada niat mengganti kerusakan bumper saya yang rusak parah ini.”

“Ya kalau nggak sengaja kan mestinya bisa di maafkan ya, Pak!”

“Bukan soal minta maaf tetapi bumper mobil saya rusak parah oleh bapak, bentuk tanggung jawab Bapak apa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun