"Mengapa aku harus bertanya padanya. Aku bertanya apa maumu?"pertanyaan Niken dijawab dengan suara tawa.
 "Dasar lelaki tak waras!" sungut Niken.
"Kalau aku waras, mana mungkin aku bekerja pada rentenir seperti bapakmu, hahahahahahah, dasar gadis bodoh,"
Perjalanan ke desa Randu dampit sebentar lagi tiba. Aku berpikir tak ada yang bisa aku lakukan disana. Akan banyak yang bertanya siapa aku  dan mencoba cari tahu apa maksudku.
Jika lelaki bernama Sukra itu tahu aku mengikutinya, maka aku tak akan bisa menjawab apa maksud aku datang ke desa itu. Aku lebih memilih menghentikan  laju si kelabu dan membiarkan suara dentang bandul sapi itu terus menjauh dan juga sampai wangi lavender lenyap oleh bau pengap debu kering jalanan berlapis makadam.
Aku menyerahkan nasib Niken dalam genggaman rahasia Tuhan yang maha kuasa lagipula gadis itu baru aku kenal hanya beberapa jam sebelumnya. Layakkah untuk diperjuangkan?
Tak ada selembar daunpun yang jatuh di hutan tanpa izinnya. Kukayuh sepeda kembali ke Utara menyusuri jalan hingga tiba kembali di desa Sendang Witir disambut ibu dan Ayu, hartaku yang tersisa di dunia ini.
-Bersambung Part-13-