Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Lelaki Pemikat Punai (5)

24 Desember 2020   10:21 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:27 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Entah ini rahasia Allah yang mungkin akan memberikan jalan lain bagi Fatur untuk menentukan nasibnya di masa depan. Mari kita doakan cita-cita almarhum Pak Renggo menyekolahkan anaknya hingga selesai dapat terwujud dengan berbagai cara..InsyaAllah...amiin!" Ustadz Romli menengadahkan tangan tinggi-tinggi diamini seluruh yang hadir.

Dari ujung kiri, pak Soleh memotong rangkaian nasehat ustadz Romli. Pedagang kambing yang rabu lalu semestinya ditemui oleh bapak bercerita bahwa dirinya baru mengetahui berita itu satu hari yang lalu.

"Saya semestinya bertemu almarhum pak Renggo, Rabu lalu. Sudah sebulan ketika terakhir bertemu almarhum mengutarakan keinginannya untuk menjual kambingnya pada saya tetapi tak kunjung muncul setelahnya.  Bukan hanya sekali beliau menjual kambing kepada saya dan ciri beliau selalu menjual tanpa menyebutkan harga. Selalu saya yang memberikan harga dan beliau tak pernah menolaknya. Begitu percayanya beliau pada saya sehingga beliau berpikir harga yang saya berikan adalah harga yang terbaik, tak pernah beliau bertanya lagi pada pedagang lainnya. Sedikit banyak saya diuntungkan lebih oleh pak Renggo dan beberapa diantaranya kambing itu tak saya jual tetapi saya pelihara. Malam ini saya akan mewujudkan niat beliau menjual empat ekor kambing pada saya yang seharusnya berlangsung Rabu lalu, saya akan berikan hasil penjualan empat kambing ini meskipun saya tidak menerima kambingnya. Nak Fathur...setelah ini mohon diterima uang penjualan kambingnya semoga nak Fatur tidak patah semangat. Pak Renggo orang baik..pak Renggo sungguh selama ini orang baik,"

"Alhamdulillaaaah...!" para hadirin menyambut dengan suka cita.

Dari samping ustadz Romli saya memandang pak Soleh yang baru saja menutup rangkaian katanya. Ustadz Romli menyodorkan selembar sapu tangan padaku begitu melihat bulir air mata menderas.

"Bapakmu, nak Fatur. Semestinya pantas memimpin desa ini sebagai lurah pada pemilihan tahun depan. Beliau orang yang lurus dan baik..ngemong..bisa mendamaikan segala perselisihan. Nyatanya Allah berkehendak lain," suara dari tengah tiba-tiba muncul. Pak Surat yang sambil menggenggam gelas kaca berisi air teh hangat mencoba memberikan pendapatnya tanpa diminta. Para hadirin memanggut-manggutkan kepala tanda setuju.

"Sudah..sudah...Fatur, terima kebaikan bapak penjual kambing itu untukmu. Allah memberi jalan lewat apapun yang Dia mau. Mari kita tutup tahlil ini dengan ucapan Alhamdulilahhirobbil alamin.."  

Usai majelis tahlil bubar, pak Soleh menyerahkan sejumlah uang kepadaku. Kutatap wajah teduhnya kuat-kuat dan ia tersenyum sambil merengkuh pundakku persis seperti bapak ketika mencoba menguatkanku.

"Doakan bapakmu...seorang yang rela berkorban apapun untuk keluarganya. Herannya orang sebaik beliau harus pergi dengan cara yang seperti ini, bahkan dulu beliau pernah cerita diancam seseorang...,"

"Diancam...oleh siapa,pak Soleh? Kapan?" tanyaku yang terperanjat tak mengira.

"Entahlah...hanya sekilas disampaikan dulu ketika bertemu. Bapakmu diminta untuk tidak ikut pemilihan  Lurah,"

Pemilihan Lurah?"

*

Coninued part-6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun