Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid-19: Pak Jokowi, Anies dan Semuanya, Perhatikanlah Sejarah!

28 Maret 2020   13:12 Diperbarui: 28 Maret 2020   15:00 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Siapakah di dunia ini yang paling jujur? Jawabnya adalah Sejarah. Lalu siapakah didunia ini yang paling tidak jujur? Jawabnya adalah Penulis sejarah.

Jumlah kematian akibat virus Covid-19 di Spanyol hingga dua hari lalu sudah melampaui angka 4.000 orang dengan jumlah positif penderita melebihi 56.000 orang. 

Adakah jumlah ini menakutkan?..Ya menakutkan, tetapi tahukah kita bahwa jumlah itu tak seberapa dibandingkan dengan peristiwa seabad yang lalu di tahun 1918, Spanyol telah memicu cerita pandemi dunia dengan korban kematian di Spanyol sendiri berjumlah lebih 100 ribu orang  oleh wabah yang disebut Flu Spanyol.

Seperti layaknya Donald Trump yang menyebut Corona virus   sebagai Chinesse flu, penduduk dunia saat 1918 menyebut wabah yang datang adalah Spanish Flu. 

Begitulah kejujuran diuji, Spanyol yang saat itu merupakan Negara yang memilih netral dalam kancah perang dunia pertama memilih mewartakan kejadian sebenarnya kepada dunia bahwa Flu yang dideteksi sebagai buyut dari SARS atau H1N1 telah membuat negara mereka lumpuh, dan jatuh korban melebihi korban dari akibat perang dunia pertama itu sendiri.

Negara Eropa lain yang sibuk berperang karena sensor pers yang sangat kuat tak mau memberitakankan secara gamblang tentang keadaan mereka padahal sejatinya jutaan pasukan yang tengah bertempur dengan keadaan lapar dan tak higienis telah terjangkit penyakit ini hanya dalam kurun waktu hitungan  minggu.

Kematian di Eropa saat itu khususnya di Inggris saja mencapai 200.000 orang dengan terjangkit lebih dari setengah juta penduduknya.

Dalam sekejap flu ini menyebar ke sebagian besar daratan eropa. Tentara Amerika yang dikirim menuju kancah perang di Eropa diduga menjadi pembawa virus ini namun sebagian sejarawan menampik kemungkinan itu.  

Berita tentang wabah simpang siur meskipun telah menimbulkan korban jiwa sedemikian banyak. India yang tak dapat peringatan ketika itu jatuh korban sebanyak 18 juta meninggal dunia. Satu milard lebih penduduk dunia terjangkiti dengan kematian sebanyak 20 hingga 100 juta jiwa lebih.

Bagaimana Indonesia? Gubernur jenderal VOC saat itu yang dijabat Johan  Paul Van  Limburg Stirum tengah sibuk dengan banjir besar  Jakarta. Urutannya mirip dengan yang dihadapi Jakarta masa kini. 

Sejumlah otoritas pelayaran di Singapura telah memberikan peringatan untuk mencegah datangnya kapal-kapal dagang yang singgah di Hongkong tetapi peringatan itu tidak menjadikan kebijakan pencegahan oleh pemerintah Hindia Belanda.

'Pagebluk' mulai memasuki Indonesia lewat kapal-kapal dagang ke seluruh penjuru Nusantara hingga kawasan timur  dan akibatnya dalam hitungan minggu jutaan penduduk Hindia Belanda terinfeksi virus tersebut dengan cepatnya, virus yang memberi kesempatan hanya dua jam saja bagi penderita untuk sesak nafas dan kemudian tak mampu  tertolong lagi karena henti nafas.

Dalam beberapa catatan sejarah 1 hingga 1,5 juta penduduk Indonesia kala itu tewas dijangkiti virus mematikan padahal jumlah penduduk Indonesia belum sebanyak 260 juta jiwa seperti sekarang ini. 

Pandemi pertama setelah endemi yang terjadi masa kerajaan-kerajaan sebelumnya tercatat sebagai peristiwa mematikan dalam sejarah Nusantara.

Maka ketika Virus korona bergaung beritanya di negeri ini, sejumlah antisipasi yang lambat dan cepat simpang siur dari berbagai otoritas dan masyarakat. Mempercayai satu sumber adalah merupakan satu tindakan yang kurang efektif karena kepentingan politik dan massivenya berita bohong kerap menjadikan sulit untuk mengambil tindakan.

Cara paling bijak dan aman adalah membuka sejarah, yang ditulis tanpa soal kemenangan atau kekalahan suatu kaum atau Negara. Dari sejarah kita bisa tahu bahwa hal yang remeh bisa menjadi besar dan abainya kita pada sebuah informasi menjadikan kita sebagai penghantar maut bagi sanak saudara sekeluarga maupun bangsa sendiri.

Seperti dalam kitab suci, Allah SWT selalu mengulang kata-kata ancamannya berulangkali dan mengulang pula kata-kata janji kebaikan berulang kali karena manusia adalah mahluk yang mudah lupa.

Wabah ini perulangan saja dan tentunya ancaman wabah in diulang oleh yang Maha kuasa untuk memastikan bahwa segala sesuatu harus mengingat peringatanNya lewat sebuah atau lebih peristiwa.

Boleh bersikap berlandaskan kebebasan demokrasi untuk mengeluarkan segala analisa maupun pendapat  tapi coba Janganlah  Ngeyel menghadapi segala Peringatan Allah SWT!.

Barang siapa yang membenci Presiden, Gubernur atau Walikota/Bupati saat ini dan tak mempercayai segala keputusan yang telah diambil oleh mereka  itu adalah hak setiap orang tetapi membiarkan hal ini menjadi lebih buruk karena kebencian akan membuat Negara ini jatuh ketangan kehancuran dengan mengorbankan jutaan jiwa penduduknya.

Belajarlah pada sejarah!  Hindia Belanda telah gagal melindungi warganya, kita berharap Indonesia bisa melalui pagebluk ini dengan baik. Tidak sendiri, tetapi bersama-sama.

-From the desk of Aryadi Noersaid-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun