Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menunda Permintaan Anak

14 Maret 2020   18:01 Diperbarui: 14 Maret 2020   18:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Entah apa yang ada dipikiran mereka melihat ayah seperti saya. Mungkin mereka pikir saya adalah ayah yang tega membiarkan mereka merengek tanpa hasil. Namun semua itu bermuara pada sikap mereka saat ini.

Kini ketika mereka mulai remaja, saya merasakan bahwa apa yang mereka minta hanya pada apa yang mereka perlukan. Tak pernah ada merk yang disebutkan tetapi ada pada fungsi yang mereka butuhkan. 

Anehnya lagi ketika saya membelikan mobil baru untuk keluarga agar kami bisa lebih nyaman bepergian keluar kota, komentar yang keluar adalah: "Ini mobil buat apa ayah? Mobil yang lama kan masih enak dipake!"

Hingga kini mereka kuliah menggunakan motor yang sama dengan yang mereka gunakan di kelas dua SMA, ditawarkan motor baru agar kelihatan seperti remaja kekinian malah dijawab: "Kalo pake yang baru pusing mikirin markir di tempat rame, takut dicolong, takut dibegal..enak yang  ini mau taroh mana aja nggak ada yang ngelirik. Yang penting sampe kampus," begitu mereka memilih untuk pake motor bermerk aneh KYMCO.

Mungkin dari situlah sejak dulu tak menyebabkan saya berharap duit aneh aneh dari proyek yang saya jalankan. Karena rengekan anak kerap membuat seorang ayah yang merasa tak cukup penghasilannya gelap mata menerima sogokan atau pemberian yang tak semestinya diterima.

Saya memahami sebagai remaja masa kini, anak anak pasti punya keinginan yang setara dengan remaja lain, tetapi saya mencoba untuk menanamkan bahwa keinginan harus diperjuangkan bukan dengan paksaan melainkan dengan keyakinan bahwa doa, usaha dan sikap yang terpuji akan menghasilkan pemberian yang sesuai dengan yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan.

Hidup itu seperti di supermarket, apapun yang kita ambil didunia harus kita bayar di akhirat. Saya tak ingin  terbaring di barzah dengan keranjang belanjaan yang haram  untuk membahagiakan anak sementara saya tak bisa lagi mengembalikan pada tempatnya.

Dunia memang tempat memilih, dan ini adalah pilihan saya, menjadi sosok ayah  yang tak sempurna yang kerap menunda dan tak ingin mencampuri pilihan ayah lain. Terserah saja.

-From the desk of Aryadi Noersaid-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun