Mohon tunggu...
Arya Ajisaka
Arya Ajisaka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Si selalu meremehkan yang terremehkan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku Tua

24 Januari 2022   01:06 Diperbarui: 24 Januari 2022   01:15 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Buku Tua
Embun di minggu pagi menyelimuti Kampung Rancabali. Akupun hendak melakukan rutinitasku yaitu bersih-bersih kamar. Aku memulai dengan merapihkan meja belajar yang tidak sedap di pandang karena berceceran buku-buku dan alat tulis yang tidak tersusun. Ku bersihkan tiap sudut meja dengan lap, dan ku susun buku-buku pada rak bagaikan formasi pasukan baris berbaris.

Saat membereskan alat tulis yang berantakan, akupun terheran seakan ada yang terlupakan. Ternyata oh ternyata alat ukur garis alias penggaris yang biasa kupakai untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah tidak ada di meja belajrku. Ku tengok bawah kolong meja belajarku, tidak ada. Tiap sudut kamar sudah ku periksa, tetap tidak ada si penggaris tersebut. Akupun teringat bahwa penggaris itu di pinjam oleh adikku, lantas akupun langsung menuju kamarnya.

Kucari di meja belajarnya, dan aku menemukannya terselip di satu buku tua yang terlihat masih bagus namun warna sampul nya agak memudar dan tidak berjudul. Langsung ku buka dan ku baca-baca sedikit dan kuduga akan seru jika di baca terus, langsung ku kembali ke kamarku sambil kubawa penggaris dan buku tersebut tanpa berbicara dulu pada adikku.

Akupun membacanya dan ternyata buku itu berisikan tentang salah seorang tokoh pahlawan integrasi, yaitu ABDUL HARIS NASUTION. Di awali dengan masa kecil AH.NASUTION yang lahir di desa Hutapungkut di Sumatra Utara.

Nasution terlahir dari keluarga batak islam, dan ia adalah anak ke 2 di keluarganya.Nasution masih bersekolah menengah atas. Ayahnya adalah seorang yang religius, beliau adalah anggota Sarekat Isalam. Ia menginginkan Nasution bersekolah di sekolah agama, sedangkan ibu Nasution ingin Nasution mengikuti sekolah kedokteran. Singkat cerita, Nasution pun lulus sekolah dan mengambil beasiswa untuk belajar mengajar di Bukit Tinggi pada tahun 1932. 

Tiga tahun kemudian Nasution pindah dan melanjutkan pendidikannya di Bandung. Nasution memiliki cita-cita menjadi seorang pengajar/guru. Namun suatu ketika, Nasution membeli buku yang di tulis oleh Soekarno dan membacanya bersama teman-temannya. Dari situlah minta Nasution menjadi seorang pengajar/guru memudar sedikit demi sedikit.

Nasution jadi lebih tertarik dengan politik dan militer ketimbang mengajar. Singkat cerita, pada tahun 1940 Nasution mengikuti korps perwira cadangan yang di bentuk oleh pemerintah kolonial Belanda, karena hanya itulah satu-satunya jalan untuk Nasution menuju militer. 

Dengan beberapa orang Indonesia lainnya, Nasution di kirim ke akademi pelatihan di Bandung untuk pendidikan. Dengan melesat, beberapa bulan kemudian Nasution dipromosikan menjadi kopral, dan 3 bulan kemudian menjadi sersan, lalu tidak lama menjadi perwira di KNIL(Koninklijk Nederlands Indische Leger).

Tiba-tiba...(cerita berpindah pada keadaanku di kamar)”dooorrr...”teriak adikku dari belakangku mengagetkan.
“aduhh..bikin kaget aja...”balasku sambil terkejut.
“abisnya fokus amat baca bukunya, lagi baca buku apasih?” tanya adikku
“ini tadi lagi nyari penggaris di kamar kamu, eh ternyata nyelip di buku ini, yaudah bawa aja sekalian”jawabku
“ohh...buku itu”
“Gimana??,seru ga cerita bukunya?”tanya adikku
“Seru nih tentang pahlawan integrasi, kamu dapet darimana buku kaya gini?”tanyaku pada adikku.
“itu kemaren aku lagi ke perpus sekolahan, nah ada buku-buku lama yang sudah mau di buang yang sudah usang, terus aku liat buku itu masih mulus, terus aku tanyain ke penjaga perpusnya boleh di ambil ga buku itu, katanya boleh aja silahkan, yaudah sama aku ambil aja, kan lumayan.”jawab adikku detail.
“wahh gitu ya..., yaudah ini bukunya di pake dulu ya, gapapa kan?”tanyaku.
“baca aja dulu, toh aku mau main juga kalau sekarang”jawab adikku sambil berjalan keluar kamarku.
“Oke...!!”jawabku semangat.

Akupun lanjut membaca bukunya. Setelah kemerdekaan di proklamasikan oleh soekarno pada 17 Agustus 1495, Nasution bergabung dengan militer Indonesia yang di kenal sebagai TKR(Tentara Keamanan Rakyat). Bulan mei 1946 Nasution diangkat menjadi panglima Divisi Siliwangi yang memelihara keamanan Jawa Barat. Nasution mengembangkan teori strategi perang teritorial. Lalu Nasution di paksa memimpin Divisi Siliwangi untuk menyebrang pulau jawa setelah perjanjian Renvile.

Tahun 1948 Nasution diangkat menjadi wakil panglima dan Nasution pun menjadi orang terkuat ke dua di TKR setelah soedirman. Nasution langsung bergerak menjalankan tugas di jabatan barunya, ia mengusulkan bahwa TKR harus memakai strategi perang gerilya untuk melawan Belanda dan itu di setujui. Meskipun Nasution bukan panglima, akan tetapi Nasution memiliki pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun