Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fantasy School: Prolog

8 Juni 2019   07:00 Diperbarui: 8 Juni 2019   07:05 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi hari datang menyapa. Tidak seperti biasanya, pagi kali ini cukup muram. Awan hitam yang terlihat mengintai sedari sore kemaren, sekarang telah mengepung seluruh kota. Sinar mentari cukup sulit untuk masuk. Imbasnya, sedikit kehangatan yang dapat dirasakan oleh penduduk kota kecil ini. Sayang sekali, padahal posisi kota kecil ini memang berada di daerah dengan temperatur udara cenderung dingin. Keberadaan mentari tetap diperlukan, meskipun ditakuti oleh beberapa wanita yang takut kulitnya gelap.

Hari ini, jika mengikuti perhitungan kalender biasa, adalah hari ke dua belas dari bulan ke tujuh. Tahun ini adalah yang ke-12 semenjak raja baru berkuasa. Orang itu awalnya tidak terlalu populer. Bahkan, banyak desas-desus yang mengatakan bahwa akan ada berbagai usaha untuk menggulingkan dirinya. Sepertinya itu tidak betul, nyatanya dia masih enak berkuasa hingga saat sekarang ini. Orang itu juga tidak terlalu buruk kekuasaannya. Hanya saja sentimen masyarakat di sekitar tempat tinggalku yang selalu negatif terhadap orang itu. Bagaimanapun juga, setidaknya harga barang-barang keperluan masih terjaga baik. Tidak banyak orang miskin baru selama dua belas tahun ini.

Hari ini adalah hari pertama dari tahun ajaran baru di sebuah sekolah menengah atas di kota kecil ini. Tempat dari sekolah itu tidak lazim juga. Terletak cukup jauh dari keramaian, berada di tengah persawahan dan sekitaran lima ratus meter dari tembok sekolah terdapat pekuburan kuno. Bagaimanapun, tempat ini tetap menjadi salah satu primadona bagi setiap lulusan sekolah menengah awal, terutama bagi kalangan biasa. Sekolah ini dikatakan sebagai salah satu dari tiga sekolah tertua di seluruh kerajaan. Berapa usia pasti dari sekolah ini, tidak ada yang tahu persis. Hanya saja dokumen resmi yang dipegang oleh pihak sekolah menyatakan bahwa sekolah ini telah ada semenjak tiga ratus tahun yang lalu. Walau cukup bergengsi karena sejarahnya, kualitas pendidikan di sekolah ini tertinggal jauh dari jajaran sekolah-sekolah baru yang lebih baik pendanaannya. Namun, tetap saja sekolah ini diburu, terutama bagi mereka yang ingin mendalami hakikat ilmu batin.

***

"Is!!! Cepatlah!!! Kita akan telat nanti!!!"

Suara teriakan selalu menghiasi rumah ini. Semua penghuni rumahnya seperti telah terlatih secara mental untuk berteriak kencang-kencang. "Tunggu sebentar!!!"

Beruntung hanya keluarga dari penyadap karet Nyurbat ini. Hanya terdiri atas lima orang: Bapak Cok Nurbat, Ibu Tub Nurbat, Brass Nyurbat, Is Nyurbat dan Dolda Nyurbat. Brass dan Is Nyurbat adalah kembar yang hanya terpisah lima menit. Mereka sama-sama diterima di sekolah menengah atas tengah sawah di tahun ini. Sementara adik perempuan mereka, Dolda, masih duduk di pendidikan dasar di tahun ke-4. Bisa dikatakan keluarga ini berbahagia dengan kekurangan yang mereka miliki.

"Mengapa orang-orang selalu terburu-buru di pagi hari? Padahal, aku bisa saja menikmati pagi hari ini dengan rasa nyaman dan santai. Dasar, terkadang sekolah membuatku merasa tidak nyaman. Tapi, aku juga tidak memiliki semangat untuk putus sekolah dan jadi pekerja keras di luar sana." Gerutuan yang tidak terlalu berguna. Hal yang tidak aneh bagi seorang siswa baru untuk mengatakan hal itu. Maksudnya, sebagian besar dari mereka tentu akan menggerutu di hari pertama sekolah.

"Dasar!!! Kalau begitu tidak usah saja bersekolah sekalian..."

"Hey, Bro Brass!!! Mengapa kau main masuk begitu saja ke kamarku? Keluar sana!!! Aku belum selesai mengenakan pakaianku. Dasar, kerjamu mengganggu privasi orang lain saja," ucap Is dengan kesal. Brass hanya tertawa merespon kekesalan adiknya tersebut. Setidaknya ini adalah kali pertama bagi Brass untuk tertawa lepas di pagi hari. Biasanya dia hanya bertingkah kaku dan kikuk. Seperti memerlukan kekuatan panas matahari untuk membuat dirinya fleksibel; semakin siang, Brass semakin mengubah pribadinya menjadi sosok ekstrovert yang ceria.

"Sebenarnya, aku juga sedikit heran mengapa dirimu begitu ceria pagi ini Kakak? Orang-orang banyak mengatakan bahwa panas matahari adalah kekuatan yang mengubah pribadi kaku mu menjadi suatu pribadi yang disukai oleh orang lain. Akan tetapi, ini masih terlalu dini bagi sang mentari untuk menampilkan diri. Mengapa sekarang, di saat yang dingin ini, kau bisa menjadi seorang periang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun