Mohon tunggu...
Arvel Naswan Hafizh
Arvel Naswan Hafizh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Manusia yang selalu ingin berbicara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Deepfake: Tantangan Etika dan Filsafat Komunikasi di Era Digital

14 Mei 2024   21:04 Diperbarui: 15 Mei 2024   17:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Arvel Naswan Hafizh
23010400163
Ilmu Komunikasi FISIP UMJ
Mata Kuliah : Etika dan Filsafat Komunikasi
Dosen : Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si

                                     

Di tahun 2024, teknologi deepfake semakin canggih dan mudah diakses, membawa perubahan signifikan dalam cara kita berkomunikasi dan berinteraksi. Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan video, audio, atau gambar yang tampak sangat nyata namun sebenarnya palsu. Fenomena ini memunculkan berbagai tantangan filosofis dan etis yang perlu kita renungkan secara mendalam.
Mungkin masih banyak yang belum mengetahu Apa Itu Deepfake?
deepfake merupakan bentuk kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk memalsukan gambar dalam sebuah peristiwa. Deepfake mulai muncul pada tahun 2017, saat itu pengguna Reddit yang menggunakan nama Deepfakes dengan kecerdasan buatan ini. Sistem pada deepfake bekerja dengan menggunakan teknik pembelajaran mesin yang biasa dikenal dengan Generative Adversarial Network (GAN). GAN dalam deepfake terdiri dari dua jaringan saraf, yaitu Generator dan Diskriminator. Generator berfungsi untuk menciptakan gambar yang nampak nyata, sedangkan diskriminator akan mendeteksi apakah gambar tersebut nampak nyata ataupun tidak Generator dan diskriminator akan bekerja beriringan untuk menciptakan suatu manipulasi yang nampak nyata dan seperti yang diharapkan.

Implikasi Etis dari Deepfake
Teknologi deepfake menimbulkan masalah etis yang serius dalam komunikasi. Salah satu implikasi utama adalah potensi penyalahgunaan untuk menyebarkan informasi palsu. Misalnya, deepfake dapat digunakan untuk membuat video yang mendiskreditkan individu, mengganggu proses politik, atau bahkan menciptakan kepanikan di masyarakat.
Dalam konteks ini, etika komunikasi menekankan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi. Menyebarkan deepfake yang menyesatkan tidak hanya merugikan individu yang menjadi target tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap informasi yang disajikan di media.

Tantangan Filosofis: Realitas vs Ilusi
Dari perspektif filsafat komunikasi, deepfake mengaburkan batas antara realitas dan ilusi. Ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang kebenaran dan keaslian. Jika kita tidak bisa lagi mempercayai apa yang kita lihat dan dengar, bagaimana kita bisa memastikan apa yang benar?
Fenomena ini mengingatkan kita pada konsep Plato tentang dunia bayangan dalam gua. Plato menggunakan alegori gua (Alegori adalah ungkapan kebenaran atau generalisasi tentang keberadaan manusia melalui tokoh fiksi simbolis dan tindakannya) untuk menggambarkan bagaimana manusia hidup dalam ketidaktahuan tentang dunia bentuk. Orang yang terkurung dalam gua hanya melihat bayangan dari realitas, dan hanya melalui pendidikan dan filsafat seseorang dapat melihat dunia sebenarnya

Deepfake dalam Kehidupan Sehari-hari
Deepfake tidak hanya menjadi masalah di ranah politik atau selebriti. Dalam kehidupan sehari-hari, deepfake juga dapat digunakan untuk tujuan yang lebih pribadi dan berbahaya. Contohnya, pembuatan deepfake pornografi non-konsensual yang menargetkan individu tertentu menjadi masalah serius yang merusak reputasi dan kesehatan mental korban.
Di sisi lain, ada juga penggunaan deepfake yang lebih positif dan kreatif. Misalnya, dalam industri hiburan, deepfake dapat digunakan untuk menghidupkan kembali aktor yang sudah meninggal atau menciptakan efek visual yang lebih spektakuler. Namun, penggunaan ini tetap harus diatur dengan prinsip etika yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan.

Menghadapi Tantangan Deepfake

Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh deepfake, diperlukan pendekatan multi-dimensi. Pertama, regulasi dan hukum perlu diperkuat untuk mengatur penggunaan teknologi ini. Pemerintah dan lembaga hukum harus bekerja sama untuk mengidentifikasi dan menghukum penyalahgunaan deepfake.
Kedua, literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan. Masyarakat harus diajari cara mengenali deepfake dan memahami implikasi etis dari penyebaran informasi palsu. Pendidikan yang baik dapat membantu individu lebih kritis dalam mengonsumsi informasi di media sosial. Seperti yang dikatakan oleh Francis Bacon dalam bukunya yang berjudul Novum Organum "yaitu kekeliruan disebabkan pemikiran yang sempit tidak bisa melihat cakrawala yang luas" (Francis Bacon, 1620).
Ketiga, teknologi juga bisa menjadi bagian dari solusi. Pengembangan alat pendeteksi deepfake yang lebih canggih dapat membantu mengidentifikasi dan menangkal konten palsu sebelum menyebar luas. Kerja sama antara perusahaan teknologi, akademisi, dan pemerintah sangat penting untuk mengembangkan solusi yang efektif.

Kesimpulan
Fenomena deepfake adalah cermin dari kemajuan teknologi yang menantang batas-batas filsafat dan etika komunikasi. Dalam menghadapi era digital ini, kita perlu mengembangkan kerangka etika yang kuat dan refleksi filosofis yang mendalam untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan, bukan merusak. Dengan kesadaran dan tanggung jawab bersama, kita dapat membangun ekosistem komunikasi yang lebih sehat dan terpercaya.

Daftar Pustaka

https://hadinur.net/encyclopedia/plato/#:~:text=Alegori%20Gua%3A%20Dalam%20karyanya%20%E2%80%9CRepublik%2C%E2%80%9D%20Plato%20menggunakan%20alegori,pendidikan%20dan%20filsafat%20seseorang%20dapat%20melihat%20dunia%20sebenarnya.
https://tirto.id/apa-itu-deepfake-dan-bagaimana-cara-kerjanya-f7to Endah Murniaseh.
"Novum Organum" oleh Francis Bacon.
Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/85111/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun