Mohon tunggu...
Arum Minarsih
Arum Minarsih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Consumer Price Index atau Indeks Harga Konsumen

25 April 2018   12:59 Diperbarui: 25 April 2018   13:10 2721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen merupakan indikator ekonomi yang memiliki dampak besar terhadap pasar keuangan. Data ini begitu penting mengingat korelasi eratnya dengan pertumbuhan tenaga kerja dan laju inflasi suatu negara. Sementara angka inflasi terbilang sensitif karena menentukan berapa harga yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang atau jasa yang sama. Jika tingkat harga semakin mahal, maka iklim bisnis juga akan berubah akibat terbebani kenaikan biaya.

Suatu negara bisa langsung mengubah kebijakan fiskal karena inflasi. Selain mengacu pada CPI dan GDP, lebih dari setengah lusin indikator ekonomi dipakai untuk mengukur tingkat signifikansinya. Mulai dari Indeks pengeluaran da konsumsi individu, harga produsen, harga barang impor, indeks biaya tenaga kerja hingga biaya unit tenaga kerja. Tidak heran jika efek dari inflasi ke pasar finansial lebih besar ketimbang dampak rilis GDP suatu negara.

CPI dapat diartikan sebagai  ukuran rata-rata perubahan harga barang dan jasa pada periode tertentu. Kategori barang dan jasa yang diukur memiliki jenis dan kelompok utama yang disesuaikan dengan selera/tren individu. Setiap kelompok barang dan jasa selanjutnya diberi bobot untuk perhitungan indeks rata-rata harga konsumen (CPI) dan disesuaikan poin presentasenya sesuai jumlah sample individu yang disurvey.

Ada 8 kategori/kelompok barang dan jasa yang diukur :

  1. Bahan pokok bangunan perumahan
  2. Makanan dan minuman
  3. Transportasi
  4. Kesehatan
  5. Pakaian
  6. Hiburan dan Rekreasi
  7. Pendidikan dan Komunikasi
  8. Barang dan jasa lain-lain

Berdasarkan pendapat pakar moneter, pertumbuahn jumlah uang yang beredar adalah penyebab di balik kenaikan angka inflasi. Jika suplai uang lebih cepat dibandingkan output produksi barang dan jasa, maka harga produk-produk komponen inflasi akan melonjak. Namun jika mengacu pada teori Keynes, pemicu inflasi lebih disebabkan oleh permintaan keseluruhan barang dan jasa (baik dari konsumen, bisnis, pemerintah maupun pembeli dari negara lain) yang melampaui kapasitas produksi suatu negara. Kekurangan pasokan inilah yang dapat menaikkan harga barang dan jasa serta mempercepat laju inflasi.

Bagi seorang pebisnis dan perusahaan, harga yang lebih tinggi sama artinya dengan pendapatan yang lebih tinggi pula. Jika laba perusahaan meningkat maka harga sahamnya turut naik sehingga memperkaya nilai aset investor. Namun inflasi dinilai cukup 'mengerikan' karena membawa instabilitas dan ketidakpastian yang akan mengundang distorsi dalam perekonomian suatu negara. Di satu sisi, perusahaan akan senang malihat jumlah pendapatannya meningkat. 

Kebijakan yang lazim diambil adalah dengan tidak menaikkan harga barang, namun memilih untuk menambah volume produksinya. Pada sisi lain,  perusahaan juga bisa menderita karena terkena pengaruh inflasi, terutama jika pemasok bahan baku memutuskan untuk menaikkan harga bahan pokok. Potensi beban lain muncul jika karyawan perusahaan menuntut gaji yang lebih tinggi untuk mengimbangi kenaikkan biaya hidup.

GAMBARAN PEREKONOMIAN DARI DATA CPI

Peran CPI memang hanya sebatas alat bantu untuk memprediksi kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Namun tinjauan data CPI lebih lanjut bisa membantu untuk menunjukkan titik arah pergerakan inflasi selanjutnya. Hal ini memungkinkan pebisnis dan perusahaan untuk mengantisipasi perubahan biaya produksi, sementara manajer keuangan bisa me-review strategi investasinya.

DAMPAK TERHADAP PASAR

  1. Obligasi : Jika CPI melonjak keatas perkiraan, yield obligasi berpeluang naik. Sementara penurunan harga obligasi kemungkinan lebih besar jika rilis data CPI/Core CPI naik. Sebaliknya jika tidak ada tanda-tanda percepatan inflasi, maka fixed income securities/obligasi akan bullish. Harga obligasi biasanya naik dan dalam perjalanannya akan disusul oleh pemangkasan suku bunga bank.
  2. Saham : Para investor pasar ekuitas sangat benci jika laporan CPI turun tajam dari angka perkiraan karena dapat menyebabkan turunnya tingkat kepercayaan konsumen yang notabene akan menurunkan tingkat belanja konsumen, laba perusahaan pun akan mengalami sedikit stagnasi. Lain hal jika laju inflasi naik ditandai dari kenaikkan CPI, laba perusahaan bisa lebih lagi terdongkrak dari meningkatnya penjualan. Investor juga akan menempatkan nilai yang lebih tinggi pada aliran laba masa depan. Pada waktu seperti ini penjualan akan lebih besar lagi dan angka produksi dipacu untuk lebih tinggi lagi. Semakin baik laba perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai saham perusahaan tersebut.
  3. Mata Uang : Pengaruh inflasi memiliki efek ysng kursng terdefinisi. Jika ekspansi terhitung sehat, suku bunga acuan tentu akan dinaikkan oleh bank sentral. Kenaikkan suku bunga bank selalu disambut dengan penguatan nilai tukar negara bersangkutan. Namun jika kenaikkan inflasi jauh melebihi target inflasi dan menjadi kekhawatiran pasar maka nilai tukar valuta domestik bisa terlukai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun