Mohon tunggu...
Asruldin Azis
Asruldin Azis Mohon Tunggu... -

aRuL\r\nseorang blogger yang ngeblog di www.asruldinazis.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Review Buku : Makassar dari Jendela Pete-pete

19 Oktober 2009   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:35 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah buku luar biasa berjudul Makassar dari Jendela Pete-pete, Catatan seorang pengguna jalan, ditulis oleh Winarni KS, seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di bidang perencanaan wilayah kota di kampus Universitas Hasanuddin, yang juga adik kelas saya di Smudama ini, juga seorang blogger yang suka mendaki bisa anda lihat sendiri di blognya www.inart.wordpress.com yang sebelumnya memiliki blog di blogdrive.

Saya bertemu sang penulis di penjual pisang epe (yang juga menjadi fokus pembahasan dalam buku tersebut) sedang menanti buka puasa bersama teman-teman, pertemuan yang tidak terduga karena awalnya tidak buat janjian hanya sekedar SMS iseng saja dan beliau pun langsung menyerahkan buku ini ke saya.

Buku merupakan catatan jurnalisme warga atau yang akrab kita sebut sebagai citizen jurnalism ini terdiri dari 6 catatan, yaitu catatan pembuka, catatan dari jalan, catatan dari Pantai Losari, catatan dari hutan beton, catatan dari sungai, dan catatan penutup yang masing-masing bagian terdiri atas beberapa tulisan dan grafis-grafis yang kritis mengenai kota Makassar.

Permasalahan kota dari jalan seperti pengambilalihan fungsi trotoar, parkir liar yang dicerca dan dicari, pro kontra antara pete-pete atau busway, ketidaktersediaan ruang terbuka untuk udara segar dan tempat bermain, serta masalah iklan rokok yang menjamur. Dan permasalahan umum perkotaan yaitu banjir dan kemacetan juga diungkap lugas disertai beberapa titik pusat permasalahan tersebut.

Keindahan Pantai Losari yang tergerus oleh reklamasi pantai, yang dulunya menjadi tempat yang nyaman sekarang sudah memiliki anjungan bahkan sudah siap dibuatkan arena baru sebagai CPI ( Centre Point Indonesia). Dan tahukan anda bahwa Tanjung Bunga dan Trans Studio yang sedang menjadi pembicaraan heboh tempat hiburan indoor yang katanya terbesar di dunia tersebut dibangun di atas laut hasil reklamasi di pantai losari yang sudah tidak berbentuk?

Pembangunan hutan beton yang bukan hutan hijau, menjamurnya mall dan ruko yang tidak memperhatikan tata kota dan lingkungan. Seperti M’Tos (Makassar Town Square) yang dibangun di kawasan pendidikan menurut RTRWK serta depan mall tersebut sering terjadi kemacetan yang luar biasa karena berada di jalan arteri.

Serta catatan dari sungai yang masih menyimpan kekumuhan di sungai Tallo yang merupakan salah satu efek dari urbanisasi. Semua dikaji dalam perspektif penulis.

Saya mencoba mengambil salah satu permasalahan yang diangkat dalam buku ini tentang PKL yang dulu menempati Pantai Losari bahkan sempat dikatakan sebagai restoran terpanjang di dunia. PKL yang 30 tahun lalu diberikan gerobak oleh walikota sebagai sumber penghasilan dan peningkatan ekonomi kota malah sekarang akan diberanguskan dengan dipindahkan ke tempat lain yang hasilnya tidak seberapa, dan akhirnya berpindah sendiri ke depan ruko di sekitar pantai losari, walaupun tempat ilegal namun tetap saja dipungut retribusi pemkot yang memang tinggi dibanding tepat lokalisasi sebelumnya. Namun tetap siap-siap saja setiap saat digusur oleh satpol PP.

Buku ini setiap bagian dikaji dan digambarkan sesuai keadaan yang sebenarnya tentang kota Makassar, bagian dari pengguna jalan, mahasiswa, penikmat kota, calon perencana, dan sebagai masyarakat awam. Tidak bisa dikatakan berat karena menggunakan tipikal penulisan citizen jurnalism, tapi juga tidak bisa dikatakan ringan karena yang disertai dengan data-data logis dan teori tentang kota, yang sebenarnya ini menjadi penunjang sebuah tulisan itu dikatakan bermanfaat dan tidak asal menulis. Dan menarik pula, karena disertai beberapa sejarah dari kota Makassar dan titik-titik tertentu di Makassar sehingga sekalian belajar sejarah dari beberapa permasalahan yang menjadi fokus pembahasan dalam buku ini.

Yang menarik dari buku ini adalah bukan hanya sekedar kritik untuk pemerintah dalam pengelolaan kota, namun juga menyindir masyarakat yang belum memiliki kepatuhan terhadap aturan, demikian pula stakeholder yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun