Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kekananak-kanakan Itu Lucu atau Harus Dihindari?

19 November 2020   14:10 Diperbarui: 19 November 2020   14:19 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap orang pasti umumnya bercita-cita menjadi dewasa. Bertumbuh dewasa secara fisik dan yang terpenting adalah kepribadian. Mengapa? karena dengan kedewasaan.

Kita jauh lebih bijak dan baik dalam merespon hidup. Andai kata ada seribu masalah dalam perjalanan hidup maka cukup dengan satu kedewasaan maka bisa mengatasi semua permasalahan. Dewasa juga menarik dalam artian semua orang pasti akan menanggapi seorang yang dewasa lebih berkharisma.

Dari seorang anak kecil menjadi orang dewasa pun memang tak mudah. Kedewasaan juga tidak tak mudah didapat karena harus melepaskan identitas anak-anak dan sifat kekanak-kanakan. 

Masa menjadi anak kecil adalah masa dimana semua pasti pernah mengalaminya dan sifat kekanak-kanakan juga adalah sifat yang pernah dimiliki dulu pada setiap orang dewasa. Kekanak-kanakan memang terlihat lucu dan menggemaskan saat masih usia anak-anak. Dari cengeng, harus mau dituruti, ngambek, mau dilayani, manja terus atau bahkan banyak ngoceh.

Tapi bagaimana jika sifat kekanak-kanakan masih melekat di tubuh orang yang sudah dewasa? ini dia yang mungkin bisa menjadi masalah dan bisa juga menjadi hal lucu. 

Tapi, setiap hal menjadi terlihat lucu tergantung situasi dan kondisi dalam artian tepat waktunya. Coba saja dibayangkan bagaimana jika seorang pasangan atau istri yang sedang bermesra-mesranya dengan suami dan mengeluarkan sifat kekanak-kanakannya seperti manja atau mau dilayani? 

Tentunnya akan terlihat lucu dan sangat menggemaskan. Namun jika perbuatan kekanak-kanakan itu dikeluarkan ketika kondisi finansial sang suami sedang merosot dan sedang banyak masalah apa yang akan terjadi? 

Bisa bertengkar terus menerus atau bahkan berujung ke hal yang lebih fatal atau jika Dia sering ingin minta ditemani dan bawel dalam hal yang wajar kalau waktunya tepat ya wajar saja bukan? 

Dan si Dia yang sering mengomentari apapun tanpa henti ketika Kita memang sudah tidak ada lagi hiburan ya wajar saja bukan? Dan memang terllihat lucu sebagai teman bicara disaat suntuk. 

Namun tidak bisa dipungkiri memang pada setengah kehidupan, hidup memang serius dan butuh kedewasaan. Maka Kita perlu membagi porsi yang tepat dalam menempatkan diri. 

Jika tidak tepat maka ada kalanya manja berubah jadi banyak maunya, minta selalu ingin diajak atau ditemani menjadi ribet atau bikin risih, kritis atau menghibur dengan komentar juga menjadi banyak omong, cuma mau narsis bisa menjadi keanehan, mempertahankan pendapat atau perfeksionis berubah jadi selalu ngotot ingin menang. 

Jadi intinya dewasa itu baik namun sangat manusiawi jika kekanak-kanakan itu kadang memanggil-manggil diri Kita karena Kekanak-kanakan itu sifatnya memang menghibur kok.

Namun yang perlu diingat memang sifat kekanak-kanakan itu tidak semuanya baik. Sifat buruk kekanak-kanakan selain diatas juga ada yang paling banyak tidak disukai dan cenderung merugikan yaitu tidak bertanggung jawab.

Egois dalam keburukan, tidak peduli kepada hal sekitar, selalu mengandalkan orang lain dengan alasan tak bisa walau belum mencoba dan emosi yang tak terkendali. Itu semua memang sangat harus dihindari baik dari hal kecil maupun keseluruhan. 

Karena, bisa bersikap dan menentukan serta memposisikan diri adalah kunci kedewasaan dengan menikmati "kekanak-kanakan" di waktu yang tepat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun