Mohon tunggu...
Artika Puspitasari Salsabila
Artika Puspitasari Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030046 UIN Sunan Kalijaga

Seorang anak perempuan kelahiran Kabupaten Fakfak yang senang bercerita kepada teman-temannya dan memberikan aura positif ke semua orang serta mempunyai bakat bernyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pengaruh TikTok pada Perilaku "Barcode Tangan" di Kalangan Remaja

30 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 30 Maret 2024   18:15 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cloudcomputing.id/

Perilaku self-harm ini juga tidak terlepas dari pengaruh media sosial. Dalam era globalisasi modern, media sosial memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan sosial dan emosional remaja. Fenomena digital self-harm, di mana beberapa individu membagikan konten menyakiti diri sendiri ke media sosial, menjadi perhatian serius.

Algoritma tiktok, sebagai salah satu platform media sosial, disorot karena cepat merekomendasikan konten-konten yang dapat membahayakan keselamatan remaja, termasuk konten self-harm dan bunuh diri. 

https://www.mitrakeluarga.com/
https://www.mitrakeluarga.com/

Baru-baru ini, muncul kasus meresahkan tentang fenomena 'barcode tangan' di berbagai berita nasional. Fenomena 'barcode tangan' adalah aksi menyakiti diri sendiri dengan membuat garis-garis seperti barcode di pergelangan tangan.

Garis-garis itu dibuat dengan menyayat tangan menggunakan benda tajam, seperti cutter atau silet. Rasa takut, kecemasan, hingga kesedihan berpotensi membuat seseorang ingin menyakiti dirinya sendiri, termasuk dengan mengikuti tren 'barcode tangan' tersebut. Fenomena 'barcode tangan' termasuk kategori NSSI yang perlahan bisa berubah ke kategori SSI.

NSSI adalah singkatan dari Non Suicidal Self Injury yang artinya aksi menyakiti diri sendiri bukan untuk bunuh diri. Tren 'barcode tangan' di tiktok menjadi contoh nyata bagaimana konten-konten berbahaya dapat dengan cepat menjadi tren di kalangan remaja.

Algoritma yang memunculkan konten self-harm secara intensif dapat mempengaruhi kesehatan mental remaja, meningkatkan keingintahuan mereka terhadap self-harm, dan bahkan memicu partisipasi dalam perilaku tersebut karena rasa takut ketinggalan atau FOMO (Fear of Missing Out).

Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang dampak media sosial pada perilaku remaja, khususnya terkait self-harm, sangat penting untuk pengembangan pendekatan pencegahan yang holistik.

Dikutip dari (Asyafina & Salam, 2022) dan (Tarigan & Apsari, 2022), untuk menjaga kesehatan mental dan mencegah tindakan menyakiti diri sendiri, ada beberapa langkah yang dapat diambil baik dari diri sendiri, lingkungan sekitar, maupun dukungan pemerintah. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1. Langkah individu untuk mencegah tindakan menyakiti diri sendiri

   a. Menjauhkan diri dari benda yang dapat menyebabkan luka.
   b. Berbagi cerita dengan orang terdekat sebagai dukungan emosional.
   c. Menyiapkan "kotak darurat" dengan aktivitas yang konsentrasi, aman, dan nyaman.

2. Strategi koping Individu melalui aktivitas positif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun