Mohon tunggu...
Arti Anjani
Arti Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program studi pengembangan masyarakat islam

Saya memiliki hobi membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Evaluasi Kritis terhadap Penulisan Artikel Dakwah: Belajar dari Proses, Bukan Hanya Hasil

4 Juli 2025   15:21 Diperbarui: 4 Juli 2025   14:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menulis artikel dakwah bukan sekadar menyampaikan pesan-pesan keislaman, melainkan juga mengasah kemampuan berpikir, meneliti, dan merangkai gagasan dengan bijak. Dalam beberapa kesempatan, saya telah mencoba menulis berbagai artikel bertema dakwah---mulai dari pemberdayaan masyarakat, peran anak muda dalam dakwah, hingga penerapan nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Tapi dari semua proses itu, ada satu hal penting yang tak boleh dilewatkan: evaluasi.

Evaluasi dalam menulis artikel bukan berarti mencari-cari kesalahan semata. Justru, ini adalah upaya untuk melihat kembali apa yang sudah baik dan apa yang masih bisa diperbaiki. Sebab, sejatinya setiap tulisan adalah cerminan dari proses belajar yang terus berkembang.

Hal pertama yang saya sadari dari tulisan-tulisan saya sebelumnya adalah kekuatan dalam memilih tema. Topik yang saya angkat umumnya relevan dengan kehidupan masyarakat hari ini, seperti pentingnya dakwah digital, peran pemuda, dan pemberdayaan umat. Ini menjadi nilai plus karena dakwah memang harus kontekstual, dekat dengan realitas.

Namun, dari sisi struktur, saya menyadari masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Kadang pembuka artikel terasa terlalu langsung ke isi tanpa pengantar yang cukup menggugah. Padahal, dalam tulisan populer, bagian pembuka adalah kunci untuk mengajak pembaca tetap bertahan hingga akhir. Selain itu, ada kalanya paragraf tengah terlalu padat informasi tanpa cukup jeda atau contoh konkret yang bisa mempermudah pemahaman.

Dari sisi bahasa, saya sudah berusaha menggunakan gaya yang ringan dan mudah dimengerti. Tapi terkadang, terlalu banyak istilah keagamaan tanpa penjelasan bisa jadi hambatan bagi pembaca umum yang belum familiar dengan istilah tersebut. Ke depan, penting bagi saya untuk menyeimbangkan antara bahasa dakwah yang bernas dan narasi yang ramah untuk semua kalangan.

Satu hal yang juga patut jadi catatan adalah pentingnya sumber. Beberapa artikel sudah saya lengkapi dengan referensi, tapi tidak semuanya. Ini menjadi pengingat bahwa dalam menulis dakwah, apalagi yang menyangkut nilai-nilai Islam, keakuratan dan landasan ilmiah sangat penting agar tulisan bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

Melalui evaluasi ini, saya belajar bahwa menulis dakwah bukan sekadar aktivitas menulis, melainkan bagian dari amal. Maka setiap katanya harus penuh tanggung jawab, niatnya harus lurus, dan prosesnya harus terus diperbaiki. Evaluasi ini bukan akhir dari perjalanan menulis saya, melainkan titik tolak untuk membuat tulisan yang lebih baik, lebih jujur, dan lebih berdampak bagi sesama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun