Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lelah Disiksa, Maba Lawan Seniornya

25 September 2013   10:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:25 4231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1380078161375045748

Setiba di tanah air, disuguhi sebuah potret perguruan tinggi yang tak renyah. Adalah seorang mahasiswa berinisial AJ di FKM UVRI Makassar, tantang seniornya (mantan panitia ospek, red) untuk duel fisik. Ajakan berkelahi itu, AJ tawarkan setelah lelah disiksa. Mahasiswa dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan itu diburu ibarat jambret, seniornya menggunakan sepotong bambu dan hendak mementungnya. Namun AJ Sang Mahasiswa baru itu lebih gesit berlari ke arah Jalan Latimojong, Makassar. AJ yang ditemani kakak kandungnya itu berlari sekencang-kencangnya hingga iring-iringan seniornya kehilangan jejak.

[caption id="attachment_290695" align="aligncenter" width="300" caption="Senior FKM UVRI berkumpul kembali setelah buruannya raib. (Dokpri, 24/9/2013))"][/caption]

Penulis yang tengah berdua dengan Dekan FKM UVRI di ruangannya seketika menuju ke arah sumber suara yang berteriak sangat keras. Kampuspun jadi 'chaos', jalan provinsipun macet total di Jl. Gunung Bawakaraeng No 72. Tiba-tiba seorang mahasiswa yang sebetulnya bukan lagi mahasiswa sebab ia telah sarjana tahun lalu. Alumnus ini mendatangiku: "Kakak, maaf. Maba itu kurang ajarna, nakata-kataiki, naludahiki, nabawa tong kakakna, mauki berkelahi" (Terjemahan: Kakak, maaf. Maba itu kurang ajar sekali, ia memaki, ludahi kami, ia bawa kakaknya untuk berkelahi). Penulis hanya terdiam atas laporan eks mahasiswa yang berinisial RSK.

Testimoni

Penulis tak rela jika insiden ini tidak mendapatkan informasi yang berimbang, maka saya minta tolong kepada seorang dosen muda untuk menelpon AJ. Telponpun tersambung dan penulis meminta untuk di-loud speaker. Kudengar dengan sangat sempurna suara terengah-engah AJ, ia paparkan kronologi mengapa ia tantang seniornya dan melawan. Ia tuturkan bahwa sejak pra ospek, ia telah sering mendapat pukulan, tendangan dan diludahi. Iapun berkata kepada seniornya bahwa "Jika senior, mau dihormati, jangan gunakan kekerasan". Kalimat ini membuat tersinggung para panitia dan seniornya hingga AJ disebut pendatang baru yang gemar membangkang. AJ paham sekali bahwa dosen-dosen FKM-UVRI tidak membenarkan adanya kekerasan fisik di ajang ospek. Dan seniornya membentak AJ, memaksanya memilih: "Kau pilih dosen atau senior?". Saat "Bina Akrab" di Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan, lagi-lagi AJ mendapat perlakuan yang tak manusiawi, di tengah malam, dengan mata ditutup kain, ia dipaksa berjalan menuju kolam renang.AJ pun telah membuat testimoni secara tertulis dan ia siap serahkan kepada pimpinan dan unsur-unsur terkait. Pinta AJ agar orangtuanya tak sampai tahu atas perlakuan yang menimpanya. Walau sesungguhnya, ibu kandung AJ telah melaporkan kejadian ini sebelumnya kepada Wakil Dekan III FKM UVRI.

Penulis mendengar ucapan-ucapan AJ secara lengkap dan tak bisa penulis paparkan secara lengkap di Kompasiana, penulis sebagai dosen di FKM-UVRI terenyuh atas aksi dehumanisasi ini.

Laporkan Polisi?

Seorang dosen muda menawarkan kepada penulis agar senior-senior itu dilaporkan ke aparat keamanan (polisi), menurutnya ini sudah terlalu, ini tindakan kriminal kemanusiaan. Penulis menjawabnya, kita bisa laporkan ke polisi tetapi itu tidak mendidik. Penulis tetap meyakini adanya koridor-koridor solusi atas insiden ini melalui mekanisme senat atau rapat pimpinan. Penulis memang sejak lama tak pernah setuju jika masalah-masalah internal kampus, baik di Unhas (tempat penulis mengabdi) maupun di UVRI dan perguruan-perguran tinggi lain, yang dengan cepat menyerahkan persoalan internal kampus ke polisi. Ini seolah pihak kampus tak mampu 'mendidik' anak-anaknya.

Apa tindakan Dekan FKM UVRI?

Setelah saya 'bubaran' dengan Dekan FKM UVRI, Dr.Arlin Adam, SKM, M.Si menuju ruangan pengaderan, di ruangan ini maba dan senior berada. Dekan menyuruh maba keluar ruangan, memintanya pulang. Yang tersisa hanyalah mantan panitia ospek dan senior-senior. Dekan menegaskan bahwa akan men-drop out siapa saja yang melakukan tindakan kriminal di kampus. Dekan sangat menyayangkan insiden itu hingga ia akan memberikan sanksi kepada pelaku kekerasan fisik kepada mahasiswa baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun